Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

ISEAS: Buku The Jokowi-Prabowo The Elections 2.0 Bakal Persisten untuk Pemilu Berikutnya

Politik identitas Pemilu 2019 disebut Supriyatma begitu mirip dengan Pemilu 1955 jika ditinjau dari pemetaan geografis hingga ideologis.

Penulis: Mario Christian Sumampow
Editor: Hasanudin Aco
zoom-in ISEAS: Buku The Jokowi-Prabowo The Elections 2.0 Bakal Persisten untuk Pemilu Berikutnya
Tribunnews.com/Mario Christian Sumampow
Visiting Research Fellow ISEAS, Made Supriyatma dalam peluncuran buku The Jokowi-Prabowo Elections 2.0 di auditorium PDDI, Kampus BRIN, Jakarta Selatan, Kamis (29/9/2022). 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Mario Christian Sumampow

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Visiting Research Fellow ISEAS, Made Supriyatma, mengatakan buku The Jokowi-Prabowo Elections 2.0 bakal persisten dan terus berpengaruh pada pemilu-pemilu berikutnya.

Buku yang barus saja diluncurkan ini memuat tentang pemahaman para penulis ihwal hal-hal yang terjadi pada Pemilu 2019 lalu, terutama terkait tentang ekspolitasi politik identitas.

“Temanya begitu luas dan mencoba memahami benar-benar apa yang bekerja dan apa yang mungkin akan persisten dalam Pemilu 2019 yang akan berpengaruh pada pemilu berikutnya,” jelas Supriyatma dalam peluncuran buku The Jokowi-Prabowo Elections 2.0 di auditorium PDDI, Kampus BRIN, Jakarta Selatan, Kamis (29/9/2022).

Baca juga: BRIN Luncurkan Buku The Jokowi-Prabowo Elections 2.0

“Karena pemilu 2019 mengadakan template yang pertama kali untuk politik indonesia orang mengeksploitasi politik identitas,” tambahnya.

Namun jika ditelisik lebih dalam, Supriyatma mengatakan politik identitas sebenarnya malah bukan hal yang baru.

Politik identitas Pemilu 2019 disebut Supriyatma begitu mirip dengan Pemilu 1955 jika ditinjau dari pemetaan geografis hingga ideologis.

Berita Rekomendasi

“Saya sendiri melihat dari pemilu, begitu miripnya kalau dilihat dari geografis hasil Pemilu 2019 dengan Pemilu 1955. Pembelahan antar Jawa dan luar jawa, pemilih Jawa dan non Jawa. Juga polarisasi ideologisnya, ekonomi yang berbasi resoursce dan ekonomi agraris” jelasnya.

Dalam kesempatan yang sama, Kepala Organisasi Riset Ilmu Pengetahuan Sosial dan Humaniora, Ahmad Najib Burhani mengatakan buku yang dikerjakan sepanjang rentang tahun 2018 hingga 2019 ini punya konteks yang relevan dengan Pemilu 2024 mendatang.

Meski buku ini lahir jelang Pemilu 2024, latar belakang dan dasar dari tulisan yang ada di dalam bukunya mengacu pada pengalaman dan hasil dari Pemilu 2019 lalu.

Lebih lanjut, Ahmad juga mengatakan proses penulisan buku akademik ini dilakukan seobjektif mungkin dan tidak menunjukkan keberpihakan ke arah mana pun.

Buku ini dirasa penting, jelas Ahmad, sebab mengulas ihwal politik daerah, dunia siber, hingga hal-hal yang berkaitan dengan konsistuensi.

“Buku ini jadi sesuatu yang penting, melihat beberapa hal termasuk tentang politik yang ada di daerah, kemudian tentang dunia siber juga berikatan dengan konstituensi,” jelasnya.

Sehingga dia yakin buku ini bakal punya banyak sekali kemiripan dengan Pemilu 2024 mendatang.

Meski ia masih belum tahu, apakah di pemilu mendatang bakal jauh lebih parah atau tidak dalam konteks polarisasi.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas