Komnas HAM Investigasi Tragedi Laga Arema vs Persebaya, Dalami Soal Keamanan dan Gas Air Mata
Komnas HAM turunkan tim investigasi dalami penanganan keamanan saat tragedi laga Arema vs Persebaya yang sebabkan ratusan orang meninggal.
Penulis: Theresia Felisiani
Kedua, meminta kepada Pemerintah Daerah Jawa Timur untuk memberikan pemulihan yang layak kepada korban atau keluarga korban.
Ketiga, meminta kepada PSSI untuk menunda keseluruhan pertandingan hingga proses pengusutan terhadap tragedi ini berjalan.
Keempat, mendesak kepada Kapolri c.q. Propam Polri untuk mengusut sekaligus mengevaluasi tindakan kepolisian yang memperburuk situasi di Stadion Kanjuruhan Malang.
Kelima, mendesak kepada Panglima TNI c.q Komandan Puspom TNI untuk mengusut dan mengevaluasi prajurit yang terlibat melakukan kekerasan di Stadion Kanjuruhan Malang.
Keenam, menjamin ruang investigasi independen atas peristiwa tersebut guna menemukan fakta, memberikan rekomendasi supaya kejadian serupa tidak berulang kembali.
Amnesty Usulkan Bentuk Tim Gabungan Pencari Fakta Untuk Usut Tragedi Kerusuhan di Stadion Kanjuruhan
Direktur Eksekutif Amnesty International Indonesia Usman Hamid mengusulkan pembentukan Tim Gabungan Pencari Fakta untuk mengusut tuntas tragedi kerusuhan di Stadion Kanjuruhan Malang usai laga Arema VS Persebaya, Sabtu (1/10/2022) malam.
Ia mengatakan hak hidup ratusan orang yang melayang begitu saja usai pertandingan sepakbola betul-betul tragedi kemanusiaan yang menyeramkan sekaligus memilukan.
Perempuan dan laki-laki dewasa, remaja, dan anak di bawah umur, kata dia, menjadi korban jiwa dalam tragedi ini.
Pihaknya juga menyampaikan duka cita mendalam kepada keluarga korban dan kepada korban luka yang saat ini sedang dirawa.
Ia berharap pemulihan kondisi kepada mereka dapat dilakukan segera.
Hal tersebut disampaikannya dalam keterangan resmi Amnesty International Indonesia pada Minggu (2/10/2022).
"Penggunaan kekuatan yang berlebihan oleh aparat keamanan negara untuk mengatasi atau mengendalikan massa seperti itu tidak bisa dibenarkan sama sekali. Ini harus diusut tuntas. Bila perlu, bentuk segera Tim Gabungan Pencari Fakta," kata Usman.
Tragedi tersebut, kata dia, mengingatkan pada tragedi sepakbola serupa di Peru tahun 1964.
Saat itu, kata dia, lebih dari 300 orang tewas akibat tembakan gas air mata yang diarahkan polisi ke kerumunan massa.
Hal tersebut, lanjut dia, lalu membuat ratusan penonton berdesak-desakan dan mengalami kekurangan oksigen.
"Sungguh memilukan 58 tahun kemudian, insiden seperti itu berulang di Indonesia. Peristiwa di Peru dan di Malang tidak seharusnya terjadi jika aparat keamanan memahami betul aturan penggunaan gas air mata," kata Usman.
Usman mengatakan pihaknya menyadari aparat keamanan sering menghadapi situasi yang kompleks dalam menjalankan tugas mereka.
Namun demikian, menurutnya aparat harus memastikan penghormatan penuh atas hak untuk hidup dan keamanan semua orang, termasuk orang yang dicurigai melakukan kerusuhan.
"Akuntabilitas negara benar-benar diuji dalam kasus ini," kata Usman.
"Oleh karena itu, kami mendesak negara untuk menyelidiki secara menyeluruh, transparan dan independen atas dugaan penggunaan kekuatan berlebihan yang dilakukan oleh aparat keamanan serta mengevaluasi prosedur keamanan dalam acara yang melibatkan ribuan orang," sambung dia.
Kronologi Kejadian
Diwartakan Tribunnews sebelumnya, insiden ini bermula dari kekalahan Arema FC
Pada pertandingan itu Arema kalah dari tim Persebaya, dengan skor 3-2.
Kekalahan Arema di kandang sendiri ini menumbulkan kekecewaan pada suporternya.
Para suporter yang tak terima, mencoba menerobos masuk ke lapangan dan membuat rusuh.
Kapolda Jatim Irjen Pol Nico Afinta menyampaikan bahwa alasan para suporter Arema FC turun ke lapangan, dikarenakan ingin mencari pemain dan official Arema FC.
"Mereka bermaksud menanyakan ke pemain dan official kenapa sampai kalah (melawan Persebaya)," ucap Irjen Pol Nico Afinta, Malang, Minggu (2/10/2022).
Para suporter yang rusuh membuat para petugas kewalahan.
Mereka tak hanya menerobos lapangan, tetapi juga melakukan perusakan fasilitas dalam lapangan hingga penyerangan pada petugas keamanan.
Akhirnya para petugas mencoba melakukan upaya pencegahan dan pengalihan.
Puncaknya, para petugas keamanan menembakkan gas air mata pada para suporter.
Penembakkan gas air mata saat itu menyebabkan kepulan asap.
Para suporter pun menumpuk di satu titik dan berdesakan.
Kepulan asap membuat para suporter kekurangan oksigen kemudian sesak napas dan korban pun berjatuhan.
Kapolda Jatim juga menyampaikan bahwa, tim gabungan yang bertugas sudah berusaha melakukan upaya penolongan dan evakuasi ke rumah sakit. (tribun network/thf/Tribunnews.com)