BREAKING NEWS Kalsium Oksalat Ditemukan pada Ginjal Anak, Sebabkan Kristal-kristal Muncul di Ginjal
Kalsium Oksalat ini ditemukan setelah sebelumnya Kemenkes mendapatkan informasi dari WHO soal kasus yang juga sama terjadi di Zambia, Afrika.
Penulis: Galuh Widya Wardani
Editor: Whiesa Daniswara
TRIBUNNEWS.COM - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyatakan, tujuh dari 11 pasian anak yang berada di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) terkonfirmasi ada kandungan Kalsium Oksalat pada ginjalnya.
Kalsium Oksalat ini ditemukan setelah sebelumnya Kemenkes mendapatkan informasi dari WHO soal kasus yang juga sama terjadi di Zambia, Afrika.
Data dari WHO, per 5 Oktober 2022 terdeteksi ada kandungan Etilico dan Dietilenglicol dalam tubuh anak-anak yang sakit di Zambia.
"WHO pada 5 Oktober 2022, mengonfirmasi di Zambia ada (penyakit yang sama) disebabkan oleh senyawa kimia, dan senyawa kimianya itu Etilico dan Dietilenglicol."
"Ternyata (setelah dilakukan pengecekan) dari anak-anak itu yang ada di RSCM, 7 dari 11 anak potif memiliki zat kimia berbahaya, Etilico dan Dietilenglicol," kata Menkes Budi saat konferensi pers tentang Perkembangan Penanganan Gangguan Ginjal Akut di Indonesia melalui zoom, Jumat (21/10/2022).
Baca juga: Penjelasan Dokter Terkait Penyembuhan Pasien Gagal Ginjal Akut
Dua senyawa ini, Etilico dan Dietilenglicol, kata Menkes Budi, jika masuk ke tubuh dengan dosis yang banyak, sangat berbahaya.
"Ini kalau masuk ke tubuh kita, bisa berubah menjasi Asam Ofsalat, ini kalau masuk ke ginjal jadi Kalsium Ofsalat dan jadi di ginjal."
"Dan RSCM, mengonfirmasi adanya Kalsium Ofsalat tadi (pada ginjal anak-anak)," jelas Menkes Budi.
Sebelumnya terbongkar, Kemenkes melakukan pemeriksaan apakah kasus ini karena ada pengaruh dari Covid-19 dan Vaksin.
Namun ternyata, tidak ada kaintannya dengan hal itu.
Baca juga: Pakar Kesehatan Nilai Usulan Status KLB pada Kasus Gangguan Ginjal Akut di Indonesia Kurang Tepat
Kemenkes pun mencari tahu, apakah penyakit ini gara-gara virus atau bakteri, ternyata juga bukan.
"Tidak gara-gara Covid-19 dan tidak juga gara-gara vaksin."
"(Kita menduga) mungkin ini disebabkan oleh Patagonian karena virus atau bakteri, yakni penyakit disebabkan oleh virus bakteri atau parasit," tapi ternyata juga bukan," kata Menkes Budi.
Hingga saat ini Kementerian Kesehatan telah mendatangi 146 rumah dari 241 pasien anak yang mengalami penyakit ini.