Menhan Prabowo Subianto Soroti Serangan Udara hingga Demokratisasi Kekuatan Konflik Rusia-Ukraina
Menteri Pertahanan Prabowo Subianto ada sejumlah hal yang bisa dipelajari oleh militer Indonesia dalam konflik Rusia-Ukraina.
Penulis: Gita Irawan
Editor: Theresia Felisiani
Selain itu, kata dia, dibutuhkan juga mengintegrasikan kemampuan siber ke dalam rencana operasi dan pelaksanaan taktis.
Doktrin melawan unmanned aerial system (drone) juga harus dikembangkan, senjata untuk melawan unmanned aerial system harus diakuisisi, dan teknik perlawanan tersebut perlu dilatih.
"Ada hal yang menarik sekarang perkembangan dari situ, apa yang mereka sebut demokratisasi kekuatan udara dan angkasa dan ini menguntungkan kita," kata dia.
Ia mengatakan saat ini terjadi penurunan harga drone sehingga harganya menjadi relatif murah dan sudah tersebar di mana-mana.
Apabila sebelumnya kekuatan udara hanya ranah negara besar, negara kaya, dan super power, lanjut dia, sekarang negara-negara kecil mampu memiliki kekuatan udara yang ampuh.
"Minimal negara kecil seperti Ukraina bisa hadapi negara besar seperti Rusia yang kita anggap super power kedua di dunia, tadinya," kata dia.
Selain itu, kata dia, terjadi terjadinya demokratisasi kekuatan angkasa.
Hal tersebut, lanjut dia, di antaranya disebabkan biaya peluncuran satelit yang terus menurun dan ada perkembangan satelit-satelit mini dan satelit-satelit mikro.
"Dan ini memungkinkan semua Kombatan untuk menggunakan kekuatan space, kemampuan angkasa untuk mendukung operasi tempur di darat, ini sesuatu yang sebetulnya membangkitkan optimisme kita, berarti kita mampu," kata dia.
Ia melanjutkan, hal yang juga terjadi adalah adanya demokratisasi kemampuan intelijen.
Selama ini, kata dia, intelijen dianggap sebagai kemampuan yang hanya dimiliki negara kuat dan kaya karena mereka punya satelit, radar, dan sensor.
"Ternyata sekarang dengan perkembangan teknologi elektronik, harga menurun, teknologi meluas, open source tinggal kita manfaatkan," sambung dia.