Pakar Sebut BPA Pada Galon Guna Ulang Bahayakan Konsumen, Ini Solusi yang Ditawarkan!
Sejumlah pakar memaparkan bahaya yang bisa ditimbulkan oleh penggunaan senyawa Bisphenol A (BPA) dalam kemasan pangan.
Penulis: Muhammad Fitrah Habibullah
Editor: Bardjan
”BPA dapat bermigrasi dari kemasan ke produk pangan melalui berbagai cara, dari proses pencucian, penggunaan air pada suhu tinggi, residu detergen, dan pembersihan yang mengakibatkan goresan,” kata Yeni.
Yeni menambahkan, “Kemudian ditambah lagi dengan penyimpanan yang tidak tepat, serta paparan sinar matahari langsung.”
Revisi regulasi hingga penggunaan galon PET, solusi kurangi paparan BPA
Penggunaan BPA di Indonesia mengacu pada peraturan BPOM Nomor 20/2019 tentang Kemasan Pangan mengenai persyaratan batas migrasi BPA pada kemasan plastik polikarbonat adalah 0,6 bagian per juta (bpj).
Sepanjang tahun 2021 hingga 2022, BPOM menemukan fakta peluluhan BPA sampel galon polikarbonat bekas pakai di sarana peredaran yang tidak memenuhi syarat batas maksimal migrasi BPA di Banda Aceh, Aceh Tengah, Medan, Jakarta, Bandung, dan Manado.
BPOM kemudian melakukan pengkajian lebih dalam dan akan menurunkan batas migrasi BPA menjadi 0,05 ppm.
“Tapi ini masih berupa draf hasil kajian, regulasi yang ada saat ini masih 0,6 bpj,” katanya.
Sebagai upaya melindungi masyarakat, BPOM pun sudah menginisiasi revisi Peraturan BPOM No. 31/2018 tentang Label Pangan Olahan, di mana galon air mineral berbahan plastik polikarbonat wajib mencantumkan label tulisan ‘Berpotensi Mengandung BPA’.
Sementara itu, Idham Arsyad dari Gabungan Produsen Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI) menjelaskan, kapasitas produksi air minum kemasan 30 milyar liter per tahun, setengahnya berupa kemasan galon. Sebesar 65 persen dikuasai market leader, 25% perusahaan menengah, dan sisanya 10% pemain kecil.
“Kini, paling tidak jumlah galon yang beredar antara 30-40 juta buah di Indonesia dan lebih 90% adalah galon polikarbonat,” ujar Idham
Merespons penolakan pelabelan BPA oleh BPOM yang disampaikan berbagai pihak, terutama industri air minum dalam kemasan (AMDK), Gapmmi menawarkan alternatif penggunaan kemasan galon polietilena tereftalat (PET).
“Tak perlu ditutupi, di pasaran kini juga telah banyak ditemui galon PET itu juga bisa guna ulang. Dan sebetulnya industri bisa menghemat Rp. 1,5 Trilyun per tahun, apabila beralih ke galon returnable PET. Karena harga galon guna ulang PET 50% lebih murah dibanding galon polikarbonat,” ujarnya.