Kecerdasan Finansial Perlu Dibangun Sejak Dini oleh Para Mahasiswa
Ketua DPD Perbarindo DKI Jakarta dan sekitarnya, Ricardo Simatupang, menilai mahasiswa harus memiliki kecerdasan finansial.
Penulis: Fahdi Fahlevi
Editor: Dewi Agustina
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fahdi Fahlevi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua DPD Perbarindo DKI Jakarta dan sekitarnya, Ricardo Simatupang, menilai mahasiswa harus memiliki kecerdasan finansial.
Dia mengatakan kecerdasan finansial perlu dibangun sejak dini oleh para mahasiswa.
Baca juga: Kuliah Umum di UNLAM, Mentan SYL Ajak Mahasiswa Perkuat Pertanian Indonesia
"Namun kecerdasan finansial ini tak datang begitu saja jatuh dari langit, harus dibentuk layaknya otot, dibentuk dari awal. Inti dari cerdas secara finansial adalah mampu mengendalikannya," ujar Ricardo melalui keterangan tertulis, Sabtu (26/11/2022).
Hal tersebut diungkapkan oleh Ricardo dalam Seminar Literasi Keuangan, yang digelar Prodi Analisis Keuangan Fakultas Vokasi Universitas Kristen Indonesia (UKI) DPK Perbarindo DKI Jaya.
"Dua dekade terakhir perkembangannya sangat cepat. Perkembangan ini mengubah banyak prilaku. Semua serba instan, semua berdasarkan permintaan. Semua ingin cepat didapat," kata Ricardo.
Dirinya menilai saat ini Gen Z dan anak milenial ingin semuanya serba cepat.
Menurutnya, pola ini merupakan hal yang keliru. Sehingga mahasiswa harus bisa melakukan pengelolaan keuangan.
"Mahasiswa (umumnya) dapat dari orang tua. Prinsipnya berapa pun yang didapat, mahasiswa harus belajar bagaimana mengelola keuangannya," ungkapnya.
Dalam pengelolaan, langkah pertama yang harus dilakukan ialah membuat laporan keuangan. Dihitung berapa pemasukan dan jumlah pengeluarannya.
Baca juga: Membangun Kemandirian Belajar dan Melek Digital Mahasiswa UT Jakarta
"Mulai dari kiriman orang tua, bayar kos, biaya makan, hingga tabungan. Ingat menabung itu untuk keperluan darurat," katanya.
Setelah membuat laporan keuangan, langkah selanjutnya ialah melalukan analisis.
"Aktivitas pengeluaran didata, apakah termasuk tipe yang terlalu boros atau tipe hemat? Pengeluaran mana yang terlalu besar sampai-sampai akhir bulan harus menangis semalam karena uangnya habis?" ucap Ricardo.
Dalam melakukan perencanaan keuangan, dia menyarankan mahasiswa menggunakan rumus kebutuhan pribadi 40 persen, utang 30 persen, simpanan (tabungan/investasi) 20 persen, dan sedekah 10 persen.
Dengan perencanaan keuangan seperti ini, sambung dia, maka mahasiswa bisa menabung. Bahkan bisa melakukan investasi.
Sementara itu, dalam kata pembukaannya, Dekan Fakultas Vokasi, Maksimus Bisa, mengucapkan terima kasih atas kerja sama dengan stakeholder seperti Perbarindo.
Dia mengamini generasi sekarang, seperti Gen Z, adalah generasi luar biasa. Mereka sudah terbukti selama pandemi mampu dipaksa untuk lebih cepat melakukan digitalisasi.
"Apalagi di dunia perbankan yang sudah serba digital," kata Maksimus.
Pada kesempatan yang sama, Anthonius Prihadi selaku Ketua Dewan Pimpinan Komisariat Perbarindo DKI Jaya menyatakan rasa terima kasihnya karena sudah diterima di lingkungan UKI.
Kegiatan ini merupakan amanat dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Di akhir dari seminar, dilakukan quiz untuk mengukur kemampuan pemahaman mahasiswa atas paparan yang telah disampaikan.
Hasil menunjukkan bahwa 80 persen dari peserta telah paham akan materi dan akan mencoba mengimplementasikannya dalam kehidupan sebagai seorang mahasiswa.
"Setiap tahun setidaknya setahun sekali kami mengedukasi dan meliterasi keuangan masyarakat. Total di Indonesia ada 1.630 BPR/BPRS. Di Jakarta sendiri ada sekitar 26 lembaga," pungkasnya.