Jokowi Bangun Optimisme Hadapi Perekonomian Global 2023, BRIN: Sangat Beralasan
Menurutnya, pelemahan ekonomi dunia tidak terlalu berpengaruh, pasalnya konsumsi dalam negeri menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia.
Penulis: Chaerul Umam
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Chaerul Umam
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) optimistis ekonomi Indonesia pada tahun 2023 mendatang tetap tumbuh positif meskipun kondisi ekonomi global mengalami guncangan.
Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko mengatakan optimisme Jokowi terhadap perekonomian dalam negeri saat menghadapi resesi global cukup memiliki alasan yang kuat.
“Optimisme ini memang sangat beralasan mengingat struktur perekonomian Indonesia yang berubah cukup signifikan dalam beberapa tahun terakhir, dan khususnya selama pandemi,” kata Handoko, dalam keterangan yang diterim, Senin (5/12/2022).
Menurutnya, pelemahan ekonomi dunia tidak terlalu berpengaruh, pasalnya konsumsi dalam negeri menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia.
“Ekonomi Indonesia banyak ditopang oleh konsumsi dalam negeri, akibat tumbuhnya kelas menengah. Ini adalah sisi positif dari populasi yang cukup besar dengan rasio kelas menengah yang tumbuh terus menerus,” terangnya.
Di sisi lain, lanjut Handoko, Indonesia cukup beruntung dengan pertumbuhan ekspor dan kenaikan harga komoditas utama akhir-akhir ini.
Namun, Handoko menyarankan untuk tetap berhati-hati melihat perkembangan ekonomi dunia ke depan.
Baca juga: BRIN: Tidak Semua Daerah Miliki Sumber Daya untuk Lengkapi Data
“Tetapi memang kita tetap perlu berhati-hati terkait gejolak harga komoditas utama di pasar global. Yaitu komoditas energi, khususnya minyak bumi dan gas, serta komoditas pangan, khususnya gandum,” ucapnya.
“Semoga krisis geopolitik saat ini tidak memicu lebih dalam fluktuasi 3 komoditas utama dunia,” lanjut Handoko.
Sementara itu, Ekonom Institute For Demographic and Poverty Studies (Ideas), Askar Muhammad mengatakan optimisme Presiden Jokowi merupakan suatu hal yang realistis, walapun ekonomi dunia mengalami resesi, ia meyakini tidak terlalu banyak berpengaruh terhadap Indonesia.
“Menurut saya itu realistis, jadi memang kalau kita lihat data-datanya beberapa ekonomi global yang besar Amerika Serikat, Inggris, Uni Eropa, China memang mulai memasuki kegelapan,” katanya.
“Indonesia ini cenderung resilien cukup kuat karena memang kaitan kita dengan perekonomian global tidak terlalu kuat. Jadi meskipun kita nanti uni Eropa ekonominya turun Inggris turun Amerika nah kita gak bakal banyak terpengaruh karena ekspor kita kontribusi ekspor terhadap perekonomian itu nggak besar sekitar 10 persen,” sambungnya.
Selain itu, kata Askar, meski di tengah resesi, ekonomi Indonesia akan tetap tumbuh positif disekitar angka 5 persen. Dengan catatan, konsumsi dalam negeri dan pasokan kebutuhan pokok tetap terjaga.
“Bisa tetap bertahan asal konsumsi bisa dijaga pasokan dijaga sehingga inflasi masih 5 persen, kalau inflasi masih di angka 5%, saya sih optimis pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun depan masih di angka 5,1% lah paling enggak, kalau itu tidak dijaga pun paling buruk mungkin 4,8% atau 4,9% kalau inflasi tidak bisa dijaga,” terangnya.
“Tapi melihat 2 bulan 3 bulan terakhir saya sih cukup optimis inflasi bisa dijaga ya. Sehingga pertumbuhan masih sekitar 5 persen,” tuntas Askar.