Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Mengenal Peristiwa Kudatuli, Kerusuhan yang Mengiringi Perjalanan PDIP, Terjadi di Era Orde Baru

Inilah sejarah perjalan PDIP sebagai partai politik di Indonesia, termasuk adanya peristiwa Kudatuli.

Penulis: garudea prabawati
Editor: Wahyu Gilang Putranto
zoom-in Mengenal Peristiwa Kudatuli, Kerusuhan yang Mengiringi Perjalanan PDIP, Terjadi di Era Orde Baru
Ist
Presiden Kelima RI sekaligus Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri saat memberikan sambutan dalam acara 'Bandung-Belgrade-Havana in Global History and Perspective' secara virtual di Gedung ANRI, Jakarta, Senin (7/11/2022). Berikut sejarah terjadinya peristiwa Kudatuli yang mengiringi perjalanan PDIP. 

TRIBUNNEWS.COM - Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) akan memasuki usia ke-50 tahun.

Hari Ulang Tahun (HUT) PDIP ke-50 ini akan diselenggarakan pada 10 Januari 2023.

PDIP memiliki sejarah panjang hingga menjadi satu di antara partai politik (parpol) besar di Indonesia.

Termasuk adanya peristiwa Kudatuli, yang mengiringi perjuangan PDIP.

Lantas apa itu peristiwa Kudatuli?

Baca juga: Menilik Kamp Satgas Cakra Buana yang Siap Ikuti Serangkaian Perayaan HUT ke-50 PDIP Besok

Peristiwa Kudatuli adalah singkatan dari Kerusuhan Dua Puluh Tujuh Juli.

Peristiwa Kudatuli menandai adanya konflik internal di tubuh parpol berlambang kepala banteng tersebut.

BERITA TERKAIT

Bentrokan itu terjadi di era orde baru, di pemerintahan Presiden Soeharto.

Awal cerita, dilansir Kompas.com, terbentuklah Partai Demokrasi Indonesia (PDI) pada 10 Januari 1973.

PDI terbentuk atas adanya Partai Nasional Indonesia (PNI) yang bergabung dengan Partai Musyawarah Rakyat Banyak (Partai Murba), Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia (IPKI), Partai Kristen Indonesia (Parkindo) dan Partai Katolik.

PNI sendiri merupakan partai yang didirikan oleh Ir Soekarno pada 4 Juli 1927.

Ketua DPP PDI Perjuangan, yang juga Ketua DPR RI Puan Maharani memberikan sambutan pada acara Bimbingan Teknis (Bimtek) Anggota DPRD PDI Perjuangan Tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota se-Indonesia di Jakarta, Senin (9/1/2023). Kegiatan Bimtek tersebut dilakukan dalam rangka menyambut HUT ke-50 Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Ketua DPP PDI Perjuangan, yang juga Ketua DPR RI Puan Maharani memberikan sambutan pada acara Bimbingan Teknis (Bimtek) Anggota DPRD PDI Perjuangan Tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota se-Indonesia di Jakarta, Senin (9/1/2023). Kegiatan Bimtek tersebut dilakukan dalam rangka menyambut HUT ke-50 Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN (TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN)

Sejak awal terbentuk, konflik internal PDI terus terjadi dan diperparah dengan adanya intervensi dari pemerintahan Soeharto.

Untuk mengatasi konflik tersebut, anak kedua dari Ir Soekarno, Megawati Soekarnoputri didukung untuk menjadi ketua umum (Ketum) PDI saat itu.

Megawati Soekarnoputri dicalonkan sebagai Ketua Umum dalam Kongres Luar Biasa (KLB) PDI yang digelar di Asrama Haji Sukolilo pada 2-6 Desember 1993.

Megawati pun secara de facto dinobatkan sebagai ketum DPP PDI periode 1993-1998.

Dan pada Musyawarah Nasional (Munas) 22-23 Desember 1993 di Jakarta, Megawati Soekarnoputri dikukuhkan sebagai Ketum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PDI secara de jure.

Pengukuhan Megawati tersebut dibawah bayang-bayang ketidaksetujuan dari Pemerintahan Soeharto.

Bahkan menerbitkan larangan mendukung pencalonan Megawati Soekarnoputri dalam Kongres Luar Biasa (KLB) pada 2-6 Desember 1993 di Asrama Haji Sukolilo, Surabaya, Jawa Timur.

Konflik internal PDI terus terjadi hingga diadakan Kongres pada 22-23 Juni 1996 di Asrama Haji Medan.

Sebelumnya pada 20 Juni 1996 para pendukung Megawati Soekarnoputri melakukan unjuk rasa hingga bentrok dengan aparat keamanan yang menjaga kongres.

Baca juga: HUT Ke-50 PDIP di JI Expo Kemayoran Jakarta Besok Akan Dimulai Pukul 08.00 WIB

Dilansir pdiperjuanganlampung.id, Pemerintahan Orde Baru yang dipimpin Presiden Soeharto menetapkan Suryadi sebagai Ketua Umum DPP PDI pada 15 Juli 1996.

Tak terima akan hal itu, pada 27 Juli 1996 pendukung Megawati Soekarnoputri menggelar Mimbar Demokrasi di halaman kantor DPP PDI, Jalan Diponegoro Nomor 58, Jakarta Pusat.

Ketua Umum PDIP Megawati Soekarno Putri sampaikan pesan dalam Gebyar Penganugerahan ‘Piala Megawati Kawal Pancasila dari Desa’ Festival Desa ke-2 di Gedung DPP PDI Perjuangan.
Ketua Umum PDIP Megawati Soekarno Putri sampaikan pesan dalam Gebyar Penganugerahan ‘Piala Megawati Kawal Pancasila dari Desa’ Festival Desa ke-2 di Gedung DPP PDI Perjuangan. (Youtube BKN PDI Perjuangan)

Kemudian muncul rombongan berkaus merah kubu Suryadi, kemudian terjadi bentrok dengan kubu Megawati Soekarnoputri.

Peristiwa tersebut dikenal dengan Kerusuhan Dua Puluh Tujuh Juli atau disingkat menjadi Peristiwa Kudatuli.

Baca juga: Menilik Persiapan Acara HUT Ke-50 PDIP di JI Expo Kemayoran, Panitia Gelar Gladi Resik

Setelah peristiwa tersebut, PDI di bawah pimpinan Suryadi hanya memperoleh 11 kursi DPR.

PDI yang dipimpin Megawati Soekarnoputri tersebut semakin kuat seusai dilengserkannya Presiden Soeharto dari kursi pemerintahannya.

Megawati Soekarnoputri pun ditetapkan sebagai ketum DPP PDI periode 1998-2003 pada Kongres ke-V di Denpasar, Bali.

Megawati Soekarnoputri kemudian mengubah nama PDI menjadi PDI Perjuangan pada 1 Februari 1999 agar dapat mengikuti pemilu.

Nama tersebut disahkan oleh Notaris Rahmat Syamsul Rizal dan kemudian dideklarasikan pada 14 Februari 1999 di Istora Senayan, Jakarta.

(Tribunnews.com/Garudea Prabawati) (Kompas.com)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas