Sekjen PKS Sebut Budaya Mudik Perkuat Persatuan dan Kesatuan
Sekretaris Jenderal (Sekjen) DPP PKS Aboe Bakar Al Habsyi sebut budaya mudik saat lebaran setiap tahunnya bisa perkuat persatuan dan kesatuan bangsa.
Editor: Endra Kurniawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pulang kampung dan mudik saat lebaran merupakan budaya yang unik dan hanya dimiliki oleh Indonesia. Budaya ini memiliki makna positif untuk meningkatkan persatuan di masyarakat.
Sekretaris Jenderal (Sekjen) DPP Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Aboe Bakar Al Habsyi mengatakan setidaknya ada 123 juta orang lebih melakukan mudik saat lebaran tahun ini. Hal tersebut menurutnya dapat menguatkan persatuan dan kesatuan.
"Mereka pulang kampung untuk berkunjung dan menjalin silaturahmi dengan keluarga di kampung. Ini adalah aset yang bagus untuk bangsa dan negara, karena dapat menguatkan persatuan dan kesatuan," ujar Aboe Bakar dalam pernyataannya yang diterima Tribun, Rabu(26/4/2023).
Habib Aboe Bakar menyampaikan bahwa saat mudik bukanlah pertemuan biasa, karena ada suasana kebatinan untuk melepas rindu dengan keluarga.
“Mereka pulang kampung itu untuk sungkem ke orang tua dan mengunjungi keluarga. Sehingga akan mempererat tali persaudaraan. Dengan demikian ikatan kekeluargaan kembali menguat. Disinilah sendi-sendi persatuan nasional kembali dikuatkan,” ujar Anggota DPR Dapil Kalimantan Selatan 1 ini.
Baca juga: Telat Mudik? KAI Berikan Tiket Murah Buat Perjalanan Dari Jakarta Lho, Ini Tarifnya
Lebih lanjut Habib Aboe menguraikan keistimewaan lain budaya mudik yang ada di Indonesia.
“Saat mudik itu tidak ada yang tangan kosong, semua pasti membawa oleh oleh. Ini menjadi faktor penguat tali kekeluargaan di tengah masyarakat. Belum lagi adanya budaya berbagi THR atau angpao lebaran. Hal ini juga menjadi penguat hubungan antar masyarakat meskipun bukan keluarga. Karena pada praktiknya angpao lebaran ini banyak dibagi antara anak-anak sesama kolega atau rekan kerja,” ujar dia.
Diketahui untuk kebutuhan lebaran 2023, Bank Indonesia (BI) telah menyiapkan penukaran uang sampai dengan Rp 195 Triliun. Ini menunjukkan besarnya kebutuhan uang tunai baru untuk kebutuhan THR atau angpao lebaran di Indonesia.
“Jadi Alhamdulillah, uang besar itu bisa mengalir ke kampung-kampung saat lebaran. Para perantau pulang dengan membawa hasil kerjanya, sehingga bisa mendorong perekonomian di pedesaan,” ujarnya.
(Tribunnews.com/ Willy Widianto)