Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Ketua KPU: Indonesia Patut Bersyukur, Tidak Ada Istilah Politik Penculikan Hingga Pembunuhan

Hasyim mencontohkan negara Pakistan, dimana dalam perhelatan politik yang tidak lepas dari konflik Suku Agama, Ras, dan antargolongan (SARA)

Penulis: Larasati Dyah Utami
Editor: Johnson Simanjuntak
zoom-in Ketua KPU: Indonesia Patut Bersyukur, Tidak Ada Istilah Politik Penculikan Hingga Pembunuhan
Tribunnews.com/Mario Christian Sumampow
Ketua KPU RI Hasyim Asy’ari. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Meskipun kerap terjadi gesekan saat Pemilihan Umum (Pemilu), menurut Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU), Hasyim Asy'ari Indonesia patut bersyukur.

Pasalnya tidak ada penculikan hingga pembunuhan dalam kontestasi perpolitikan di Indonesia.

Hasyim mencontohkan negara Pakistan, dimana dalam perhelatan politik yang tidak lepas dari konflik Suku Agama, Ras, dan antargolongan (SARA) kerapkali terjadi istilah penculikan politik hingga pembunuhan politik.

"Negaranya menganut agama Islam, penduduknya mayoritas Islam, tapi gara-gara perbedaan pandangan, mazhab, yang dijadikan alat untuk berkuasa, Jumatan aja gak aman, karena sering ada bom," ujarnya dalam Seminar Nasional bertajuk 'Literasi Media dan Politik Jelang Pemilu 2024: Mitigasi Konflik SARA dan Penguatan Partisipasi Warga di UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, Selasa (23/5/2023).

Hasyim mengatakan Pemilu dan Pilkada disebut sebagai arena konflik yang dianggap sah dan legal untuk meraih dan mempertahankan kekuasaan. 

Oleh karena itu, diskusi yang berkaitan pencegahan konflik dalam Pemilu dan Pilkada dianggap tidak mungkin.

Namun hal yang perlu dicegah adalah kekerasan sebagai instrumen yang ada dalam teori konflik itu sendiri.

Berita Rekomendasi

"Contoh, kursi Presiden hanya 1, tapi yang memperebutkan banyak. Maka mau tidak mau disitu ada kontestasi, konflik, dan kompetisi. Sehingga yang kita cegah itu bukan konfliknya, tapi bagaimana mencegah kekerasan sebagai instrumennya," ujarnya.

Ketua KPU mengatakan Indonesia memiliki masyarakat yang majemuk dengan berbagai macam budaya, termasuk berbagai macam pilihan politik.

Menjelang kontestasi Pemilu, perhelatan politik tidak lepas dari konflik Suku Agama, Ras, dan antargolongan (SARA).

Baca juga: Diduga Selundupkan Pasal yang Mudahkan Mantan Terpidana Jadi Caleg, ICW: KPU Berpihak Pada Koruptor

Karena itu, semua pihak harus ikut berperan serta mencegah isu SARA dalam pemenangan kontestasi.

"Politik identitas, baik itu kesukuan maupun keagamaan harus dihindari," ujarnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas