Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Mengenal Suku Baduy, Minta Sinyal Internet Dihapus di Wilayah Mereka, Bawa Dampak Negatif

Suku Baduy meminta supaya sinyal internet di wilayah mereka dihapus karena memberi dampak negatif. Seperti apa Suku Baduy?

Penulis: Pravitri Retno Widyastuti
Editor: Sri Juliati
zoom-in Mengenal Suku Baduy, Minta Sinyal Internet Dihapus di Wilayah Mereka, Bawa Dampak Negatif
Dok. Kemenparekraf via KOMPAS.com
Baduy Dalam mengenakan pakaian serba putih, dan Baduy Luar mengenakan pakaian hitam dan ikat kepala biru. Suku Baduy meminta supaya sinyal internet di wilayah mereka dihapus karena memberi dampak negatif. 

Kelompok ketiga, Dangka, adalah Kanekes Dalam dan Luar yang tinggal di luar wilayah Kanekes, kebanyakan di Padawaras (Cibengkung) dan Sirahdayeuh (Cihandam).

Kedua daerah tersebut dianggap sebagai daerah penyangga atas pengaruh dari luar.

Baca juga: Dilihat dari Ikat Kepala, Ini Cara Membedakan Pakaian Adat Suku Baduy Dalam dan Luar

Sejarah Suku Baduy

Sejumlah warga Baduy luar berkumpul di depan rumah di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, Selasa (3/8/2021).
Sejumlah warga Baduy luar berkumpul di depan rumah di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, Selasa (3/8/2021). (TribunBanten.com/Marteen Ronaldo Pakpahan)

Ada beberapa versi mengenai asal-usul Suku Badut.

Menurut ahli sejarah, berdasarkan bukti seperti prasasti, catatan perjalanan pelaut Portugis dan Tiongkok, Suku Baduy dikaitkan dengan Kerajaan Sunda yang sebelum runtuh pada abad 16 berpusat di Pakuan Pajajaran (sekarang Kota Bogor).

Sebelum Kesultanan Banten muncul, wilayah ujung barat Pulau Jawa menjadi bagian penting Kerajaan Sunda.

Karena wilayah tersebut merupakan pusat perdagangan dengan Sungai Ciujung sebagai sarana lalu lintas pembawa hasil pertanian, penguasa pun mengutus tentara kerajaan untuk menjaga dan merawat daerah sekitar sungai dan bukit gunung Kendeng.

BERITA TERKAIT

Keberadaan tentara kerajaan inilah yang konon menjadi cikal bakal warga Suku Baduy.

Menurut versi lainnya, dikemukakan oleh Van Tricht, dokter yang pernah melakukan riset kesehatan pada 1928, menolak versi ptertama.

Menurutnya, Suku Baduy adalah penduduk asli daerah tersebut dan selalu menolak segala bentuk pengaruh dari luar.

Mereka sendiri juga menolak disebut sebagai keturunan dari tentara Kerajaan Sunda.

Menurut kepercayaan Suku Baduy yang dianut hingga sekarang, Suku Baduy adalah keturunan dari Batara Cikal, salah satu dari tujuh dewa atau batara yang diutus turun ke bumi.

Mereka percaya Adam dan keturunannya, termasuk Suku Badut, bertugas bertapa untuk menjaga harmoni dunia.

Wisata di Baduy

Suku Baduy yang bermukim di Desa Kanekes, Banten.
Suku Baduy yang bermukim di Desa Kanekes, Banten. (Instagram/@surya_ash12 via TribunTravel)

Meski dikenal sebagai suku yang tidak terpengaruh dari luar, Suku Baduy sangat ramah kepada wisatawan.

Sebagai informasi, wisawan bisa berkunjung ke Baduy dengan beberapa syarat, seperti:

- Tidak ada listrik;

- Tidak ada kendaraan;

- Tidak diperbolehkan menggunakan barang elektronik, seperti HP;

- Penggunaan kamera benar-benar dibatasi.

Para wisatawan yang berkunjung ke Baduy diwajibkan untuk mengikuti adat istiadat dan kebiasan warga setempat.

Diketahui, Suku Baduy sudah menolak istilah wisata atau pariwisata untuk mendeskripsikan kampung mereka.

Sejak 2007, Suku Baduy memperkenalkan istilah Saba Budaya Baduy yang berarti Silaturahmi Kebudayaan Baduy.

(Tribunnews.com/Pravitri Retno W, Kompas.com/Acep Nazmudin)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas