AMSI: Media Masih Kurang Mempromosikan Toleransi dan Keberagaman Dalam Pemberitaan
AMSI Wenseslaus Manggut, mengungkapkan disrupsi yang terjadi mendorong media saat ini lebih condong untuk merespons sebuah peristiwa.
Penulis: Fahdi Fahlevi
Editor: Adi Suhendi
Laporan wartawan Tribunnews.com, Fahdi Fahlevi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Umum Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI), Wenseslaus Manggut, mengungkapkan disrupsi yang terjadi mendorong media saat ini lebih condong untuk merespons sebuah peristiwa.
Ia mengatakan respons yang diambil biasanya diawali sumber atau peristiwa negatif.
"Dengan model di ekosistem, berita praktis respons, bukan menggali. Apa yang terjadi dia respons. Apa yang di media sosial dia respons. Jadi tidak heran sumbernya sumber klarifikasi," kata Wens dalam acara “Editor Meeting & Kelas Jurnalisme" di Hotel Ashley Jakarta (22/6/2023).
"Respons sering kali hulunya tonenya negatif. Hulunya negatif baru direspons media. Kita bagaimana berupaya agar hulunya positif," tambah Wens.
Menurut Wens, media juga perlu membuat pemberitaan positif yang mempromosikan toleransi.
Wens mengatakan sebenarnya banyak peristiwa yang bernilai toleransi di masyarakat.
Baca juga: Terjun di Dunia Politik, Adityarini Napitupulu Siap Perjuangkan Toleransi di Subang
Namun, Wens mengatakan media enggan untuk menggali peristiwa positif tersebut.
"Bagaimana kalau hulunya positif mempromosikan toleransi. Di bawah itu banyak tapi media kita tidak terdorong menggali itu," ungkap Wens.
Selama ini, Wens mengatakan media cenderung melakukan respon karena tingkat pembacanya tinggi.
"Perhatian kita cenderung ke respon. Kenapa ke respon karena tools di jalur distribusi trafficnya tinggi. Keingintahuan masyarakat di google tinggi, media merespon," tutur Wens.
Baca juga: Polri Gaungkan Gerakan Cerdas Memilih di Pemilu: Tidak Ada Toleransi Ujaran Kebencian SARA
Negara, kata Wens, perlu turut membantu media melahirkan berita positif.
Selama ini, Wens mengatakan media kurang dalam mempromosikan toleransi dan keberagaman.
"Media jarang didorong untuk yang positif. Negara harus masuk ke situ. 1000 berita buruk siram berita kenaikan. Yang baik di toleransi dan keberagaman tapi kurang dipromosikan media," pungkas Wens.