Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Agustiar Sabran Sebut Iduladha 2023 Momentum untuk Belajar Arti Ikhlas dan Berjuang

Masyarakat Indonesia khususnya muslim Tanah Air sama-sama bergandengan tangan buang perbedaan tak perlu lagi ada perdebatan soal merayakan hari besar.

Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Theresia Felisiani
zoom-in Agustiar Sabran Sebut Iduladha 2023 Momentum untuk Belajar Arti Ikhlas dan Berjuang
Tribunnews.com/Fransiskus Adhiyuda
Anggota DPR RI dari fraksi PDI Perjuangan. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Hari Raya Iduladha 1444 Hijriah dirayakan oleh seluruh umat Muslim di dunia.

Muhammadiyah merakayan Iduladha pada Rabu (28/6/2023). Sedangkan, Pemerintah dan Nahdlatul Ulama (NU) merayakan Iduladha pada Kamis (29/6/2023).

Meski berbeda hari, Anggota Komisi III DPR RI Agustiar Sabran melihat kedua Organisasi Islam terbesar di Indonesia itu sama-sama memaknai perayaan Iduladha, yakni pengorbanan Nabi Ismail AS dan ketulusan Nabi Ibrahim AS.

"NU dan Muhammadiyah punya peran penting dalam tonggak sejarah memerdekakan Indonesia. Tokoh-tokoh dari keduanya berjuang membawa Indonesia keluar dari penjajahan, dengan ikhlas dan tulus. Mendirikan Indonesia dengan Rahmatan lil 'Alamin," kata Agustiar Sabran, Kamis (29/6/2023).

Baca juga: Heru Budi Harap Masyarakat Tidak Buang Limbah Kurban Sembarangan

Lebih lanjut, Ketua Dewan Adat Dayak (DAD) Kalimantan Tengah tersebut, mengatakan bahwa perbedaan harus dijadikan kelebihan untuk saling melengkapi, bukan bentuk kelemahan.

"Kalau kata Bung Karno, Negara ini, Republik Indonesia, bukan milik kelompok manapun, juga agama, atau kelompok etnis manapun, atau kelompok dengan adat dan tradisi apa pun, tapi milik kita semua dari Sabang sampai Merauke," ucap Sabran.

"Itulah konsep nasionalisme yang didirikan Indonesia. Bukan orang Jawa, bukan orang Sumatera, bukan orang Kalimantan, Sulawesi, Bali atau lainnya, tapi orang Indonesia, yang bersama-sama menjadi fondasi satu kesatuan," sambung dia.

Berita Rekomendasi

Sabran juga menceritakan bagaimana Bung Karno lahir dari rahim seorang wanita asal Bali, ayahnya asal Tanah Jawa.

Tapi beliau menyatukan perbedaan di Konferensi Asia Afrika, dengan satu tekad yakni perjuangan dari Bangsa penjajah.

Baca juga: Khotib Salat Iduladha Masjid Agung Sunda Kelapa: Kisah Nabi Ibrahim SAW jadi Pelajaran Hadapi Ujian

Untuk itu, Agustiar Sabran mengajak masyarakat Indonesia, khususnya muslim Tanah Air untuk sama-sama bergandengan tangan, membuang perbedaan. 

Tak perlu lagi ada perdebatan soal merayakan hari besar umat Muslim.

"Sudah saatnya mendukung apa yang sudah dilakukan para tokoh bangsa, terutama dari NU dan Muhammadiyah. Kita sebagai generasi penerus, mari membawa Indonesia mewujudkan Indonesia Emas 2045," tegas Politikus PDI Perjuangan tersebut.

"Tentu saja berpegang teguh dengan Pancasila, dan memaknai Bhinneka Tunggal Ika," tukas Agustiar Sabran.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas