CSIS: Sebagian Besar Tren Pencarian di Google Pemilu 2024 Didorong Manuver Politik Presiden Jokowi
(CSIC) menemukan, sebagian besar tren pencarian di Google terkait Pemilu 2024 didorong manuver politik Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Penulis: Ibriza Fasti Ifhami
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Hasil riset Center for Strategic and International Studies (CSIC) menemukan, sebagian besar tren pencarian di Google terkait Pemilu 2024 didorong manuver politik Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Hal tersebut disampaikan Kepala Departemen Politik dan Perubahan Sosial CSIS Arya Fernandes, dalam acara bertajuk Potensi Penyebaran Misinformasi dalam Pemilu 2024, di Jakarta, Rabu (12/7/2023).
Arya awalnya menjelaskan terkait tren isu Pemilu dalam rentang waktu Januari-Juli 2023.
Ia mengatakan, pada tanggal 9 Januari 2023, tren pencarian tinggi terjadi terkait konferensi pers PDI Perjuangan tentang nama capres yang akan diumumkan pada Hari Ulang Tahun (HUT) 10 Januari.
Kemudian, Arya melanjutkan, tren pencarian di Google kembali tinggi, pada tanggal 18 Januari, saat Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil bergabung dengan Partai Golkar.
Selanjutnya, kata Arya, pada tanggal 26 Januari, momen pertemuan Jokowi dengan Ketum Partai NasDem Surya Paloh, pertemuan Gerindra dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), dan isu reshuffle kabinet Jokowi, ramai dicari di mesin pencarian Google.
Adapun yang menarik, dijelaskan Arya, sebagian besar atensi pencarian di Google terkait Pemilu 2024 didorong manuver politik Presiden Joko Widodo (Jokowi).
"Yang menarik untuk kita adalah sebagian besar tingginya atensi pencarian di Google terkait Pemilu 2024 justru berasal dari manuver politik yang dilakukan Pak Jokowi," kata Arya, dalam paparannya, Rabu ini.
Ia menyebutkan, beberapa momen aktivitas politik Jokowi tersebut, pertama, saat Jokowi menghadiri HUT Partai solidaritas Indonesia (PSI).
"Misalnya, 31 Januari 2023 tinggi di mesin pencarian Google, Pak Jokowi menghadiri HUT PSI, kemudian beliau mengatakan enggak dikaitkan dengan pencapresan," jelasnya.
Kemudian, lanjut Arya, diikuti aktivitas Jokowi pada 5 Mei 2023, saat mengjadiri Musra dan mengatakan Indonesia butuh pemimpin yang berani.
"Kemudian, 29 Mei, Pak Jokowi ketemu pemimpin media massa saat itu dan para content creator dan menyampaikan akan cawe-cawe dalam Pilpres 2024," kata Arya.
Lalu, Arya menuturkan, tren pencarian di Google terkait Pemilu 2024 kembali tinggi, saat publik mengapresiasi secara positif putusan Mahkamah Konstitusi (MK) soal putusan proporsional terbuka, pada tanggal 15 Juni 2023 lalu.
"Jadi kita menemukan secara umum pencarian keyword di Google mengalami tren penurunan sampai sejak Maret. Kemudian naik lagi pada Juni. Kemudian sekarang (Juli 2023) turun lagi," ucap Arya.
"Tapi sebagian besat aktivitas itu, dorongan itu, terjadi karena aktivitas-aktivitas politik yang dilakukan Pak Jokowi," sambungnya.
Sebagai informasi, CSIS memiliki program riset, yang disebut Safer Internet Lab (SAIL).
Baca juga: Peneliti CSIS Arya Fernandes: Kecil Kemungkinan Partai Baru Menang di Pemilu 2024
SAIL merupakan program riset yang berfokus pada studi multidisipliner mengenai
misinformasi dan disinformasi.
Sementara itu, pada 2023-2024, studi berfokus kepada disinformasi menjelang Pemilu 2024.
Dalam program riset SAIL, CSIS berja sama dengan Google serta dengan multipihak, di antaranya universitas, masyarakat sipil, pemerintah, dan pers.