Al-Zaytun Miliki Kapal 70 Meter Akan Dinamakan 'Panji Gumilang'
Meski Panji Gumilang sedang berperkara, sejumlah tokoh tetap datang memenuhi undangan pengasuh Ponpes Al Zaytun itu.
Editor: Hendra Gunawan
Selain itu, menurutnya galangan kapal tersebut juga harus kesepakatan TNI Angkatan Laut mengingat galangan kapal yang menurutnya sedemikian besar.
"Ketiga, aku bisa menembus Al Zaytun untuk mengetahui betulkah dia punya bom, betulkah dia ada bibit separatis. Di benak aku cuma dua. Bahwa urusan dia duit dari mana, agamanya apa, aku nggak ngerti, itu bukan urusan aku. Banyak kok, lembaga negara yang bisa mengurusin itu," kata Connie.
Akhirnya, kata dia, ia bisa melihat langsung galangan kapal tersebut pada Selasa (18/7), sehari sebelum ia menyampaikan sambutannya pada acara Peringatan 1 Syuro 1445 di Masjid Rahmatan Lil 'Alamin Al Zaytun Indramayu pada Rabu (19/7) lalu.
Connie dating ke galangan kapal milik Al Zaytun itu bersama Komandan Lanal Cirebon, Letkol Ridwansyah.
Connie mengaku terkesan dengan pelabuhan Al Zaytun yang diklaim seluas 7 hektar. Di galangan kapal tersebut, ia melihat dua buah kapal berukuran cukup besar. "Jadi kapal
itu ada dua. Ada yang 40 meter, ada yang 70 meter, terus yang satu sudah mau siap bikin 150 meter. Ini gede lho. Kapal 150 meter itu, gede," kata Connie.
Connie juga melihat sebuah papan bertuliskan perusahaan kapal tradisional karena terbuat dari kayu dan bukan dari fiber.
"Jadi dia menulisnya kapal tradisional karena dari kayu. Tapi kan yang musti kita appreciate ini adalah kalau dia bisa bikin ini buat nelayan seluruh Indonesia kan. Jadi bukan kapal dari fiber, bukan ya," kata dia.
Connie sempat bertanya kepada Panji Gumilang kenapa ia terpikirkan untuk membuat kapal.
Menurut Panji, kata Connie, produksi kapal berukuran cukup besar tersebut adalah sebuah percobaan. Ia kemudian diajak oleh Panji untuk melihat bagian belakang galangan kapal tersebut.
"Lihat lah itu ke belakang. Jadi dia itu bikin dari kapal kecil biasa kayak sampan, terus menengah lah kira-kira 10 meter, dan ini yang akhirnya jadi gede banget. Jadi siapa ahli- ahlinya? Semua Al Zaytun Ibu, katanya. Termasuk kami apapun itu dari Al Zaytun, jadi kayunya, bikin paku sendiri, bikin apa sendiri. Jadi mereka itu bikin apa-apa sendiri," kata dia.
"Sampai muter-muter naik turun kapal itu kan dia bilang silakan duduk Bu, minum. Aku lihat, kok airnya lain. Ini air apa ini? Oh ini Al Zaytun, dia bilang, bikin air mineral sendiri juga. Pisang juga ada cap-cap Al Zaytun, pakai stiker-stiker gitu lho kayak di mall," sambung dia.
Di sana, kata Connie, ia juga melihat crane-crane berukuran besar. Menurut Panji Gumilang, kata Connie, crane-crane tersebut digunakan untuk memproduksi kapal.
Hal yang unik, kaya Connie, Panji Gumilang menyebut crane-crane tersebut dengan sebutan "jin". "Orang-orang crane-cranenya, semua crane-crane segede alaihim gambreng gitu, dia panggilnya (nyebutnya) jin. Nah, jadi orang itu (Panji Gumilang)
emang suka pakai istilah aneh-aneh memang. Itu jin saya Bu yang bantu saya bikin kapal. Aku pikir jin beneran kan. Oh crane. Dia bilangnya jin. Orang itu memang lucu lho.
Ternyata, kita kan ngomong sebagai manusia ya, orangnya itu seru," kata Connie.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.