Cerita Jenderal Andika Perkasa Dimarahi Presiden Jokowi: Jika Saya Ditegur Berarti Sudah Kebangetan
Jenderal Andika melihat Presiden Jokowi menampilkan dirinya bukanlah seorang Presiden dengan segala fasilitasnya.
Penulis: Reynas Abdila
Editor: Malvyandie Haryadi
Jujur saja saya tiga minggu pertama sempat berpikir pengin pulang. Karena ya itu tadi rasanya nggak
tahan kemudian saya berpikir ulang mengapa teman-teman bisa seharusnya saya juga bisa gitu lho.
Sepanjang 40 tahun sebagai prajurit TNI, Pak Andika kan mendapat berbagai amanah jabatan mulai Pangdam, Danpaspampres, Pangkostrad, KSAD, sampai Panglima TNI. Apa yang paling berkesan?
Sebetulnya masing-masing jabatan itu berbeda fokusnya. Misalnya saya jadi Pangdam itu teritorial bintang 2, begitu jadi Komandan Kodiklat naik bintang 3, lalu Pangkostrad itu sifatnya konvensional.
Dulu saya sudah pernah di Kopassus sampai komandan batalyon, itu special operation.
Terus menjadi Kepala Staff AD itu membina. Memang beda-beda, tapi yang nggak bisa hilang sampai
sekarang adalah Danpaspampres.
Mengapa Danpaspampres yang paling terkesan?
Pertama saya pernah dikursuskan untuk VVIP protection, waktu itu saya masih ingat yang melatih itu US
special force tahun 1995 menjelang APEC pertama di Jakarta masih zaman Presiden Soeharto.
Tapi tetap saja itu kan teori sifatnya general, begitu menjabat Danpaspampres menghadapi personality
VVIP ternyata berbeda banget dari yang diajarkan US special force.
Kepribadian VVIP itu ternyata berpengaruh banget.
Apalagi saat Presiden (Jokowi) dilantik besoknya saya serah terima dengan Mas Doni Munardo (Danpaspampres Presiden SBY). Ketika serah terima Mas Doni bilang Dika nanti kalau Presiden Jokowi
jadwal di Istana kamu bisa di Tanah Abang saja supaya bisa ngawasin satuan.
Begitu saya lihat jadwalnya Pak Presiden betul di Istana. Besoknya saya langsung di Tanah Abang,
markas Paspampres. Lagi olahraga, tahu-tahu ditelfon sama Dan Group A, komandan Bapak Presiden 15
menit lagi mau berangkat.
Saya kaget karena tahunya jadwal Presiden hari itu hanya di Istana. Jadi pencak silat namanya nggak
pake mandi, langsung ganti baju, meluncur. Padahal SOP bukan hanya kita mendampingi dan mengawal
Presiden.
Tapi tujuan itu harus diamankan dulu, lokasi harus clear. Sekarang bagaimana 15 menit lagi akan
berangkat, tujuan baru dikasih tahu. Kapan memberangkat tim dan tidak gampang, mungkin cara kerja
waktu itu berbeda.
Jadi gelagapan, sampai Istana pas beliau mau berangkat. Itu saya lah yang di lokasi kan belum ada.
Pengalaman-pengalaman seperti ini belum lagi incognito (perjalanan diam-diam) yang tidak
direncanakan banyak sekali.
Sehingga akhirnya saya membangun culture baru, kita nggak bisa mengandalkan jadwal ternyata doesnt
work untuk kepribadian Pak Jokowi. Kita membangun tim advance di tengah kalau sewaktu-waktu
berangkat kita nggak keduluan.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.