Ini Pesan Uskup Agung Soal Pilih Pemimpin di Pemilu 2024
Pernyataan itu disampaikan Suharyo, dalam pesannya di Hari Raya Natal tahun 2023 yang mengusung tema 'Kemuliaan Bagi Allah dan Damai Sejahtera di Bumi
Penulis: Rizki Sandi Saputra
Editor: Malvyandie Haryadi
"Tidak ada paksaan kalau saya katakan pilih ini saya nanti dikartu merah oleh paus gaboleh, tetapi saya mengatakan silakan memilih dengan hati nurani yang cerdas, hari nurani kan ada yg bodoh ya, kalau memilih jangan memilih pake hati nurani yang bodoh tetapi yang cerdas," beber dia.
Dalam kesempatan ini, dia juga menyoroti dinamika politik yang terjadi saat ini.
Kata Suharyo, meski ada penilaian pemilu kali ini tidak ideal, namun bukan berarti tidak memilih dalam pemilu.
Justru, sebagai bentuk tanggung jawab, setiap umat katolik kata dia, diharuskan memilih agar, nantinya sosok yang memimpin lahir dari pemilihan yang didasarkan pada keinginan atau kehendak rakyat.
"Mungkin orang merasa tidak ideal pemilu sekarang tidak ideal seperti ini, 'sudahlah saya tidak usah ikut saja pergi liburan lebih menyenangkan', itu orang yang tidak bertanggung jawab sebagai warga negara, keadaan tidak pernah ideal yang ada adalah seperti ini, maka sebagai warga negara siapapun kita wajib ikut di dalam pemilihan umum itu," kata dia.
Tak cukup di situ, dirinya juga berpesan kepada seluruh umat katolik, untuk nantinya bisa menerima keputusan, siapapun yang terpilih sebagai pemimpin.
Meski begitu, pengawalan terhadap jalannya pemerintahan tetap harus dipantau dengan tetap mengedepankan sikap kritis.
"Kalau nanti kita terima siapa yang terpilih, belum selesai sebagai warga negara Indonesia yang bertanggung jawab untuk selalu mengamati jalannya pemerintahan, kritis terhadap pemerintahan yang diberikan hak oleh rakyat dalam pemilu yang sah untuk memimpin negara ini menuju cita-cita kemerdekaan," tukas dia.
Sebagai informasi, perayaan Natal di Gereja Katedral Keuskupan Agung Jakarta ini mengambil tema 'Kemuliaan Bagi Allah Damai Sejahtera di Bumi'.
Adapun tema itu diambil dari kitab Injil Lukas 2:14, dengan konsep penggabungan budaya nusantara dan tradisi natal.