5 Kritikan soal Polemik Biaya UKT: Potensi Ancam Visi Indonesia Emas 2045, Mahasiswa Menjerit
Kebijakan kenaikan Uang Kuliah Tunggal (UKT) di beberapa Perguruan Tinggi Negeri (PTN) di Indonesia menuai kritikan dari sejumlah kalangan.
Penulis: Milani Resti Dilanggi
Editor: Whiesa Daniswara
4. Pengamat: Terjebak Komersialisasi Pendidikan
Pengamat pendidikan Satria Dharma mengatakan, jika biaya UKT semakin mahal hanya membuktikan bahwa pemerintah telah terjebak dalam komersialisasi pendidikan.
Pemerintah dalam hal ini adalah Kemendikbud dan para manajemen kampus PTN.
"Kalau biaya kuliah semakin mahal itu hanya membuktikan bahwa pemerintah, dan dalam hal ini adalah Kemendikbud dan para manajemen kampus PTN, telah terjebak dalam komersialisasi pendidikan dan malas berpikir untuk kemajuan bangsa,” katanya, dikutip dari Kompas.com, Jumat (17/5/2024).
Meski demikian, ia menyadari bahwa pendidikan tinggi bukan termasuk program wajib belajar yang harus digratiskan.
Namun, bukan berarti pendidikan tinggi tidak bisa digratiskan.
Menurutnya, bukan hal sulit apabila pendidikan tinggi bisa didapatkan secara gratis jika pemerintah mau berpikir dan bekerja lebih keras daripada sekarang.
Hal itu ia bandingkan ketika pendidikan dasar di Indonesia belum digratiskan, pemerintah menganggapnya tidak mungkin bisa tercapai.
"Tapi ternyata toh kita bisa melakukannya sekarang. Begitu juga dengan kuliah gratis, kita pasti bisa kalau mau berpikir lebih serius," jelas Satria.
Dia mencontohkan dari Jerman yang sampai saat ini bisa menggratiskan biaya kuliah bahkan untuk warga negara asing di negaranya.
Sehingga, menurutnya itu hanya masalah political will atau komitmen para stakeholder dalam mengambil kebijakan.
5. Mahasiswa
Kritikan disampaikan kalangan mahasiswa dari sejumlah daerah.
Keluhan salah satunya dilakukan mahasiswa Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) yang melakukan aksi memprotes UKT mahal ke rektorat.
Selain Unsoed, mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo juga menuntut rektorat mengahapus UKT golongan 9.
Presiden BEM UNS Solo, Agung Lucky Pradita mengatakan, UKT Golongan 9 terlalu memberatkan mahasiswa.
Sebelumnya, UKT di UNS hanya sampai Golongan 8.
Kenaikan UKT baru terjadi tahun ini. Menurutnya, selama beberapa tahun, UKT di UNS tidak mengalami kenaikan.
Keluhan yang sama soal UKT mahal juga dilontarkan mahasiswa Universitas Indonesia (UI), Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), dan Universitas Riau (Unri).
(Tribunnews.com/Milani Resti/Chaerul/Fahdi) (Kompas.com/Aditya Priyatna)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.