Jamaah Islamiyah Benar-benar Bubar atau Hanya Berganti Kulit? Ini Penjelasan Lengkap Ustaz Abu Fatih
Benarkah Jamaah Islamiyah sudah benar-benar bubar atau pura-pura bubar, berganti kulit?
Editor: Dewi Agustina
Nah, karena jawaban tidak menyangkut keimanan, saya merasa itu sesuatu yang menarik. Selanjutnya kami banyak berdiskusi dengan Pak Fino dan Pak Wawan. Setelah itu, tatkala saya sudah membuat surat pernyataan, saya kira sudah tidak ada masalah. Saya diminta tidak ke mana-mana, tidak pergi jauh-jauh. Saya di rumah saja. Paling ke kebun, ke masjid.
Kemudian setelah diajak Mas Bambang (Ustaz Bambang Sukirno) diskusi-diskusi, saya merasa tidak cukup kalau kita hanya diam.
Kemudian Pak Arif (Ustaz Arif Siswanto), beliau bebas dan memaparkan yang intinya JI itu perlu dibubarkan.
Saya malah berpikir dan bicara waktu itu, Antum (Ustad Siswanto) bubarkan saja, lalu kita bikin organisasi apa yang kita bisa duduk-duduk bareng, ngaji bareng atau kenduri bareng…hehehehehe!
Lalu ternyata muncul masalah ketika ada orang K*r*m mendengar info ini, dan terjadi kesalahpahaman, seolah-olah saya hendak membuat organisasi JI baru. Sehingga terjadi kehebohan di dunia intelijen.
Baca juga: Beragam Respons Terkait Jamaah Islamiyah yang Membubarkan Diri
Tapi alhamdulillah kemudian bisa diredam dan dijelaskan segala sesuatunya. Bukan mau mendirikan JI baru, tapi organisasi terbuka yang menyelaraskan dengan perjalanan pemerintah dan tuntutan negara. Tapi waktu itu kan kita belum bicara lebih jauh, konsepnya saja belum disusun.
Kemudian muncul deklarasi Abu Rusydan yang menjelaskan begini-begini, yang poin 642 itu (semacam risalah pendapat pandangan Abu Rusydan).
Nah, saya lalu berpikir kalau begitu ini klir, dari situ saja kita sosialisasikan dan ternyata memang sudah ada perintah sosialisasi.
Saya mendampingi setiap sosialisasi, sebagai orang yang dipandang tua, senior, walau sudah tidak aktif. Saya mungkin masih dianggap tokoh yang memiliki ideoogis selaras.
Maka saya perlu untuk menunjukkan kepada ikhwan-ikhwan yang membubarkan diri, bahwa itu sikap yang benar.
Karena tidak mempertimbangkan, misalnya takut hukum, takut Densus, tapi dengan kesadaran dengan bimbingan ilmu, ternyata ruang secara syarii dan dien, ternyata tidak ada manfaatnya kalau membangun konflik dengan pemerintah Indonesia.
Pemerintah Indonesia itu representasi kaum muslimin, dan bangsa yang rakyatnya Islam juga.
Jadi membubarkan diri itu artinya mengislahkan diri. Banyak kalimat dalam Quran, mengatakan kesepakatan tersembunyi itu tidak akan membawa kebaikan, kecuali perintah kebaikan, perintah sedekah, atau mengajak berislah.
Maka apa yang dilakukan di Sentul itu khususnya islah, mengishlahkan diri, dan betapapun sebagai bagian dari bangsa, kita mengislah diri.