Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kisah Nur Fatia Azzahra, Penyandang Tunadaksa Kini Jadi Calon Polwan : 'Waktu SD Saya Dibully'

Perempuan asli Babe ini menjelaskan didikan orangtua menjadikan membentuk dirinya menjadi perempuan yang bertekad kuat

Penulis: Reynas Abdila
Editor: Eko Sutriyanto
zoom-in Kisah Nur Fatia Azzahra, Penyandang Tunadaksa Kini Jadi Calon Polwan : 'Waktu SD Saya Dibully'
Tribunnews.com/Reynas Abdila
Siswa Sekolah Polisi Wanita (Sepolwan) Nur Fatia Azzahra (22) seorang tunadaksa dinyatakan lolos dan memenuhi syarat mengikuti pendidikan pembentukan Bintara Polri jalur disabilitas. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Siswa Sekolah Polisi Wanita (Sepolwan) Nur Fatia Azzahra (22) seorang tunadaksa dinyatakan lolos dan memenuhi syarat mengikuti pendidikan pembentukan Bintara Polri jalur disabilitas Tahun Anggaran 2024.

Fatia difabel sejak lahir, nasihat orang tua membentuk mentalnya menjadi kuat.

"Waktu SD saya pernah mengalami bullying dikarenakan saya tidak bisa olahraga voli, bully-an verbal,” katanya di Sepolwan RI, Ciputat, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Kamis (19/2024).

“Saya Cuma bisa nangis dan kasih tahu orang tua kalau saya itu kenapa di-bully sama teman," sambungnya.

Dia selalu ingat pesan dari ayah dan ibunya agar tidak  minder dan malu, dan harus membuktikan kalau bisa," sambung dia.

Baca juga: Viral Polwan Marahi Pria yang Sedang Makan, Polres Surabaya: Petugas saat Itu Sedang Patroli

Fatia menyampaikan sang ayah kerap mengajaknya ke luar rumah untuk sekadar bermain, hingga mengajarkan soal kemandirian. 

Berita Rekomendasi

Ayah Fatia kerap mendorong Fatia untuk berani merantau.

"Dan alhamdulillah selalu dilatih ayah di depan rumah seperti diajak bermain bulu tangkis, diajak main voli.

Meskipun tidak hebat, tapi akhirnya saya bisa mainnya. Ayah selalu memberikan gambaran terkait perantauan. Ayah bilang, merantau akan membuat kamu lebih berkembang," jelas dia.

Sang ayah, imbuh Fatia, pernah mengajaknya dari Bangka merantau ke Jambi. 

Fatia menyebut ajaran ayah membuat dirinya menemukan banyak hal untuk mandiri dan hidup setara meski kondisi fisiknya disabilitas.

"Sejak SMA saya pernah ikut ayah kuliah S2 di Jambi, Unja.

Ayah memberikan gambaran soal kehidupan di perantauan. Alhamdulillahnya sampai saat ini saya merasa banyak hal yang membuat saya mandiri selama merantau," terang Fatia.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas