Tangis Haru Petani Bali Jelang Made Urip Tinggalkan Senayan
rekam jejak MU, panggilan akrab I Made Urip, membuat rakyat Bali, terutama kaum petani yang sering berinteraksi langsung dengannya, menitikkan tangis.
Penulis: Hasanudin Aco
Editor: Wahyu Aji
Oleh karena itu, mereka sepakat bahwa MU telah memberikan kontribusi signifikan bagi pengembangan pertanian di Bali.
“Kami merasa kehilangan seorang wakil rakyat yang benar-benar mengerti dan peduli,” jelas Ngakan Made Budiasa seperti ditirukan MU.
Keputusan PDIP tak mencalonkan lagi MU juga menuai kritik dari berbagai kalangan. Banyak yang menilai PDIP keliru dalam strategi politiknya, mengabaikan sosok yang telah membangun hubungan baik dengan rakyat.
Sebagai sosok wakil rakyat yang terpilih lima periode dan identik dengan pertanian dan Subak, MU juga konsisten untuk membangun sektor pertanian Bali agar semakin maju dan berkembang.
MU berharap ada wakil rakyat lain yang bisa meneruskan perjuangannya, dan lebih penting lagi, para petani ingin suara mereka tetap didengar dalam setiap pengambilan kebijakan.
Saat ini kesedihan mendalam memang melanda rakyat Bali. Namun harapan akan masa depan pertanian yang lebih baik tetap hidup di hati mereka, khususnya Krama Desa Adat Suwat yang kini tengah menjadi sorotan dalam upaya pemulihan lahan dan pelestarian lingkungan.
"Kami sangat berterima kasih kepada Pak Made Urip yang selalu berjuang di pusat untuk masyarakat Bali,” ucap Ngakan ditirukan MU lagi.
Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Gianyar Ni Made Mirnawati mengakui tidak salah masyarakat Bali, khususnya Kabupaten Gianyar memilih MU sebagai wakil rakyat yang selalu berjuang untuk masyarakat bawah, terutama para petani dan Krama Subak.
“Kita di Gianyar sangat banyak dibantu oleh Pak Made Urip, sehingga rakyat tidak salah memilih beliau,” ungkapnya.
Pada kesempatan itu, Direktorat Pengendalian Kerusakan Lahan KLHK yang diwakili Safrudin selaku Koordinator NSPK menyampaikan, program pemulihan lahan dari KLHK ini setiap tahunnya selalu dialokasikan dari 14 lokasi lahan di seluruh Indonesia, salah satunya Desa Suwat di Gianyar, Bali.
Desa Suwat satu-satunya yang dialokasikan di Bali atas perjuangan MU. Desa Suwat paling memenuhi syarat dan kriteria untuk program pemulihan lahan, setelah dilakukan survei di tiga lokasi di Bali.
MU yang kembali turun gunung untuk menambah wawasan masyarakat, menyampaikan apresiasinya terhadap upaya pelestarian lingkungan di Desa Suwat.
Selain itu, MU juga mendorong inovasi dan kreativitas pihak desa adat dalam mengembangkan potensi lokal yang ada.
“Lingkungan di sini luar biasa, masih natural, sangat cocok untuk pengembangan destinasi wisata berbasis lingkungan hidup dan agro. Kita berharap ke depan Desa Suwat bisa menjadi desa wisata petik buah Manggis yang diminati wisatawan. Bendesa adat perlu terus berinovasi agar Desa Suwat tidak hanya menjadi destinasi wisata yang natural tetapi juga religius, menjadi kebanggaan Kabupaten Gianyar,” ujar MU.