Wawancara Eksklusif: Rudy Soik Beberkan Duduk Perkara Kasus yang Menjeratnya, Termasuk Mafia BBM
Ipda Rudy Soik menjadi sorotan usai dipecat dari Polda NTT karena hendak membongkar kasus mafia bahan bakar minyak (BBM) di NTT.
Editor: Hasanudin Aco
Lalu dilibatkan semua perwira. Beliau sampaikan libatkan semua perwira. Itu tanggal 15 Juni. Ya tanggal 15 Juni. Itu awal-awal saya berdiskusi dengan beliau. Saya dengan Kasat Serse selanjutnya.
Tanggal 22 itu saya didatangi oleh salah satu anggota lah di Polda NTT yang bertugas di bidang reserse. Jadi dia sampaikan ke saya, 'Abang kalau nanti nangkap-nangkap minyak dampaknya ke Krimsus. Itu tanggal 22. Lalu atas peristiwa itu saya melaporkan kepada Kapolresta dan Kasat Serse.
Saya melaporkan lalu Kapolresta bilang Rudy tegak lurus saja. Pokoknya kamu tegak lurus saja. Nanti kalau ada yang hubungi saya yang jelaskan.
Pada tanggal 22 itu langsung saya perintahkan anggota lewat grup. Saya (dapat) perintah Kapolresta tangkap BBM ilegal. Itu perintah saya.
Berlanjut sampai ke tanggal 24, masih saya perintahkan. Dan kasat juga di situ kasat monitor. Tangkap. Perintahnya dalam minggu ini harus ditangkap.
Lalu tanggal 25 itu kami bergerak. Tapi dari 15 kita sudah mendapatkan berbagai informasi siapa itu. Ternyata yang main ini pemain-pemain lama. Yang malah nimbun ini adalah pemain-pemain lama. Yang sudah kita tahu latar belakang mereka, sudah tahu kita semua.
Lalu tanggal 25 pagi saya perintahkan anggota semua kumpul. Kasat Serse sampaikan hantam. Hantam itu kalau bahasa NTT itu pokoknya tangkap. Itu perintah, pernyataannya seperti itu. Lalu saya didatangi oleh anggota saya, tiga orang. Lalu mereka sampaikan bahwa kita cek.
Pokoknya intinya dari percakapan itu cek, jangan sampai uang ini masuk ke atas. Pokoknya ke boss kita. Lalu saya bilang, saya ini langsung bicara dengan Kapolres. Kapolres suruh hantam. Kita ikut perintah Kapolres. Kita loyal ke Kapolres, saya bilang. Jadi itu bahasa saya.
Jadi sekitar jam 12.45 itu setelah semua sudah kumpul, saya pimpin pergerakan. Jadi jumlahnya ada 12. Saya pimpin pergerakan sampai mendekati Polda. Saya berdiskusi dengan salah satu anggota saya yang membonceng saya.
Dia bilang, jangan sampai kalau tidak ke bos atas, ke Kasat. Jadi saya saat itu kok dia sudah ngotot terus ngomong ke saya. Ini kan saya sebagai seorang perwira. Saya bilang, sudah kita mengir dulu di dekat polda itu ada satu restoran. Namanya restoran Masterpiece. Yang di dalam restoran itu juga ada karaoke family. Baru didirikan satu tahun. Jadi saya minta untuk menepi di restoran Masterpiece.
Tempat itu kita tahu bahwa sering digunakan oleh ibu-ibu Bhayangkari ketika habis kegiatan. Makanya disitu. Itu sering beberapa kali saya layani. Karena itu masuk wilayah hukum Kupang kota.
Saya layani. Jadi saya suruh menepi ke situ untuk saya konfirmasi ke Kasat. Jadi setelah menepi saya hubungi Pak Kasat. Dan ini saya kasih informasi terkait minyak ini. Saya bahasa ke beliau begitu. Anggota, dia bilang anggota ada dengan saya sudah bergerak.
Dia sudah.bilang nanti tunggu di situ saya merapat. Beliau akan datang ke tempat itu sekalian. Kita makan siang dan kita bicara di situ. Lalu karena saya sedikit menunggu, salah satu anggota saya bilang begini, yang dari 11 orang itu.,
Sudah komendan, saya yang pimpin anggota ke tempatnya Ahmad. Komedan menunggu Pak Kasat di sini.' Karena kita berpikir kalau takutnya kita hantam, kenanya di Kasat. Ini saya harus buka ke publik. Saya takutnya, saya harus pastikan. Saya pastikan. Karena ini kan bahaya sekali. Kalau ini ada penanggakan seperti ini. Ini ada nanti konflik kepentingan. Berdampak kepada konflik kepentingan. Makanya kita harus pastikan.