Letnan Jenderal TNI Purn. Dr. Sjafrie Sjamsoeddin, M.B.A.
Menteri Pertahanan atau Menhan Sjafrie Sjamsoeddin dulunya merupakan mantan pengawal pribadi Presiden Soeharto yang kini menjabat sebagai Menhan RI
Penulis: Ika Wahyuningsih
Editor: Tiara Shelavie
Tak hanya di militer, perjalanan karier Sjafrie di dunia pemerintahan juga terbilang cemerlang.
Sjafrie Sjamsoeddin muda bahkan pernah mengemban jabatan sebagai ajudan Presiden Soeharto.
Sjafrie Sjamsoeddin menjabat Pangdam Jaya pada akhir pemerintahan Soeharto.
Kemudian di pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono, Sjafrie Sjamsoeddin dipercaya menjabat Wakil Menteri Pertahanan.
Lalu, di era Presiden Prabowo Subianto ini Sjafrie Sjamsoeddin dipercaya untuk menjabat sebagai Menteri Pertahanan Kabinet Merah Putih.
Presiden Prabowo Subianto mengumumkan nama Jenderal Asal Makassar Sjafrie Sjamsoeddin sebagai Menteri Pertahanan Kabinet Merah Putih Minggu (20/10/2024) malam.
Dalam buku berjudul "Warisan (daripada) Soeharto" yang diterbitkan oleh Kompas pada tahun 2008, Sjafrie mengisahkan salah satu pengalaman menegangkan saat bertugas sebagai Paspampres Soeharto.
Sjafrie Sjamsoeddin pernah hampir terlibat baku tembak dengan pengawal pribadi Perdana Menteri Israel ketika Soeharto melakukan kunjungan ke New York, Amerika Serikat.
Pada 22 Oktober 1995, Soeharto menginap di hotel Waldorf Towers lantai 41 di kamar presidential suite untuk menghadiri acara PBB di sana.
Saat itu, Soeharto menjabat sebagai ketua Organisasi Kerjasama Islam (OKI), merupakan posisi yang sangat berpengaruh bagi anggota-anggotanya yang mayoritas negara Timur Tengah.
Karena alasan itulah Perdana Menteri (PM) Israel saat itu, Yitzak Rabin ingin menemui Soeharto di hotel tempatnya menginap.
Rabin dengan 4 pengawalnya yang berasal dari Mossad (Pasukan Khusus Israel) kemudian datang untuk menyampaikan kemauannya bertemu Soeharto.
Baca juga: Sosok Menhan Sjafrie Sjamsoeddin: Sahabat Prabowo Sejak Akmil, Doktor Ilmu Pertahanan Berbaret Merah
Namun, cara mereka bertindak tidak mematuhi protokol keamanan serta terkesan arogan.
Sehingga Yitzak Rabin beserta 4 pengawalnya dicegat oleh Paspampres Soeharto sebelum masuk lift.
Terlebih saat itu Soeharto sedang menerima kunjungan presiden Sri Lanka.
Salah satu personel Paspampres yang terlibat saat itu adalah Letnan Jenderal TNI Sjafrie Sjamsoeddin.
Setelah mengutarakan niatnya, Rabin beserta para personel Mossad itu dikawal oleh Sjafrie menemui Soeharto.
Saat hendak memasuki tangga elevator (lift) terjadilah 'insiden kecil' yang cukup menegangkan.
Para pengawal Rabin tidak mau satu lift dengan jenderal kelahiran Makassar, 30 Oktober 1952 dan para personel Paspampres lainnya.
Karena para pengawal Perdana menteri Israel itu menaruh kecurigaan pada Paspampres, sehingga mereka menolak satu lift bersama Sjafrie beserta dua personel Paspampres lain.
Padahal, Sjafrie dan personel Paspampres lainnya sudah dikenalkan dalam protokol Perutusan Tetap Republik Indonesia (PTRI) PBB yang artinya mereka memang personel resmi pengamanan presiden Soeharto.
Terjadi adu mulut antara Sjafrie dengan kepala pengawal Perdana Menteri Israel yang notabene jebolan Mossad itu, karena dianggap melanggar protokol keamanan Paspampres.
Dengan gerakan refleks sangat cepat, pengawal Rabin tiba-tiba sudah mengeluarkan senapan otomatis Uzi dari balik jasnya.
Ia hendak menempelkan moncong senapan mungil tapi mematikan itu ke perut Sjafrie dan leher Sjafrie juga dicengkeram dengan keras.
Namun, Sjafrie tak kalah gesit dan sudah menempelkan terlebih dahulu pistol Barretanya ke perut pengawal itu.
Kejadian menegangkan itu bahkan membuat Yitzak Rabin cemas lantaran dua personel Paspampres lainnya juga sudah siap dengan senjatanya masing-masing.
"Sorry I understand it," kata itu kemudian terlontar dari mulut pengawal Rabin mengakui kesalahan dan arogansinya, Masih dilansir dari Tribunnewswiki,
Keadaan kembali mereda setelah pengawal Rabin perlahan-lahan menurunkan senjata mereka.
Hampir saja terjadi adu tembak antara Paspampres Soeharto dengan pengawal Perdana Menteri Israel saat itu
Alhasil, Yitzak Rabin dan pengawalnya harus mau mentaati protokol kemanan Paspampres.
Mereka kemudian dikawal menemui Soeharto meskipun Yitzak Rabin harus rela menunggu 15 menit.
Sjafrie kini menjabat Asisten Khusus Menteri Pertahanan Bidang Manajemen Pertahanan sejak tanggal 6 Desember 2019 dalam Kabinet Indonesia Maju di bawah pemerintahan Joko Widodo dan Ma'ruf Amin.
Dia pernah menjabat sebagai Wakil Menteri Pertahanan Indonesia di era Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY.
Sjafrie, merupakan lulusan Akademi Militer (1974) berasal dari kecabangan Infanteri (Kopassus).
Sjafrie Sjamsoeddin menjabat Kepala Staf Kodam Jakarta Raya pada 1996, dan kemudian diangkat sebagai Panglima Kodam Jaya pada tahun berikutnya.
Sjafrie Sjamsoeddin tetap memegang posisi tersebut saat kerusuhan melanda Jakarta pada 1998. Sjafrie juga pernah menjabat sebagai Kepala Pusat Penerangan TNI pada 2002.
Di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Sjafrie dipercaya menjadi Sekretaris Jenderal Kementerian Pertahanan.
Sebelumnya, ia juga pernah menjabat sebagai Komandan Paspampres pada masa pemerintahan Presiden Soeharto.
Sjafrie Sjamsoeddin sebelumnya menjabat sebagai Asisten Khusus Menteri Pertahanan Bidang Manajemen Pertahanan sejak 6 Desember 2019.
Sjafrie mengawali latar belakang militernya di Akademi Militer (Akmil) pada tahun 1974 bersama Prabowo Subianto.
Setelah lulus, ia memulai tugasnya di Komando Pasukan Khusus (Kopassus) pada 1975.
Sejak itu, karirnya di lingkungan TNI terus berkembang, termasuk saat menjabat sebagai Pangdam Jaya dari September 1997 hingga Juni 1998, menggantikan Sutiyoso yang saat itu diangkat sebagai Gubernur DKI Jakarta.
Sjafrie juga sempat dianugerahi penghargaan Adhi Makayasa pada 1974 sebagai lulusan terbaik Akmil.
Selama karirnya pria kelahiran 30 Oktober 1952 pun menempati berbagai posisi strategis, termasuk menjabat sebagai Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI pada 4 Maret 2002. Ia kemudian dipromosikan menjadi Bintang Tiga sebagai Sekretaris Jenderal Departemen Pertahanan pada 15 April 2005.
Pria kelahiran Makassar itu juga telah menyelesaikan berbagai pendidikan pengembangan umum dan spesialisasi militer, termasuk Infantry Officer Advance Course, Seskoad, Lemhanas, serta pelatihan khusus seperti Komando, Intelijen, Jump Master, Free Fall, hingga pelatihan tentang Terorisme dalam Konflik Intensitas Rendah.
Selanjutnya, Sjafrie juga pernah bertugas di Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) pada masa Presiden Soeharto. Ia menjabat sebagai Dangrup A Paspampres pada era tersebut.
Di era pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Sjafrie dipercaya sebagai Wakil Menteri Pertahanan sejak 6 Januari 2010 hingga 20 Oktober 2014, mendampingi Menteri Pertahanan Poernomo Yusgiantoro.
Selain itu, Sjafrie aktif dalam diplomasi pertahanan dengan negara-negara sahabat, seperti Rusia, Tiongkok, Korea Selatan, dan Australia, serta mempromosikan industri pertahanan dalam negeri, seperti PT Pindad, PT PAL, PT DI, dan LEN, juga melibatkan sektor swasta seperti PT Sari Bahari.
Di luar aktivitas militer dan pemerintahan, Sjafrie telah meraih gelar Master of Business Administration dari National University of Singapore pada 2015.
Sedangkan, kiprahnya di kancah internasional meliputi keterlibatannya sebagai Ketua Delegasi Indonesia dalam kerja sama internasional bidang pertahanan dari 2005 hingga 2014.
Tak hanya itu, Sjafrie juga pernah menjadi Wakil Ketua Pelaksana Indonesia Asian Games Organizing Committee (INASGOC) pada 2018 dan menduduki posisi Wakil Ketua Dewan Pembina Pusat Kajian Strategi Nasional (PPSN).
Kepercayaan atas kemampuannya semakin kuat ketika ia ditunjuk sebagai Wakil Asisten Operasi Komandan Kopassus pada 1991-1993.
Harta Kekayaan
Sjafrie Sjamsoeddin ditunjuk Presiden Prabowo Subianto untuk menjadi Menteri Pertahanan di Kabinet Merah Putih.
Sjafrie Sjamsoeddin merupakan sosok yang tidak asing di dunia pertahanan.
Bahkan Sjafrie Sjamsoeddin menjabat sebagai Asisten Khusus Menteri Pertahanan Bidang Manajemen Pertahanan sejak 6 Desember 2019 atau ketika Prabowo masih menjadi Menteri Pertahanan
Dikutip dari situs Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara elektronik (e-LHKPN) KPK, Sjafrie Sjamsoeddin terakhir melaporkan harta kekayaannya pada 1 Mei 2014 ketoka masih menjabat sebagai Wakil Menteri Pertahanan periode 2009-2014.
Tertuang dalang LHKPN-nya, Sjafrie Sjamsoeddin tercatat memiliki tanah seluas 35.000 meter persegi di Kabupaten Bogor seharga Rp2.275.000.000.
Sjafrie Sjamsoeddin juga, memounyai tanah dan bangunan seluas 867 meter persegi dan 1.000 meter persegi di Kota Jakarta Selatan seharga Rp20.570.515.000.
Sjafrie Sjamsoeddin tercatat hanya memiliki satu unit kendaraan bermotor, yaitu mobil merk VW CARAVELLE, tahun pembuatan 2007 yang harganya 525.000.000. Selain itu, Sjafrie Sjamsoeddin tercatat tidak memiliki harta bergerak lainnya, surat berharga, dan tidak punya piutang.
Total kekayaan Sjafrie Sjamsoeddin yang dilaporkan tercatat sebesar Rp23.677.700.644 dengan rincian sebagai berikut:
- Tanah dan bangunan: Rp22.845.515.000.
- Alat transportasi dan mesin: Rp525.000.000 .
- Harta begerak lainnya: -
- Surat berharga: -
- Giro dan setara kas: Rp307.185.644
- Harta lainnya: -
- Utang: -
(TRIBUNNEWS.COM/Ika Wahyuningsih)
Baca berita terkait di sini