Keluarga Korban Penembakan Polisi di Semarang Ngaku Diintervensi Polisi, Diminta Hentikan Kasus
Keluarga diminta membuat surat pernyataan dan rekaman video yang isinya bahwa keluarga telah mengikhlaskan kepergian GRO.
Penulis: Galuh Widya Wardani
Editor: Bobby Wiratama
"Silahkan ke Kabid Humas ya," ujar Kombes Irwan.
Namun, Kombes Artanto sendiri belum menanggapi hal tersebut.
Komnas HAM Singgung soal CCTV
Selain keluarga, kasus penembakan pelajar SMKN 4 Semarang juga disoroti Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM).
Komnas HAM bakal memeriksa adanya potensi dugaan pelanggaran HAM dalam kasus tersebut.
Sebab, video CCTV peristiwa itu tidak diungkapkan secara transparan.
Padahal, para oknum polisi yang terlibat dalam kasus tersebut mengklaim memiliki rekaman video peristiwa itu.
Komnas HAM pun mengambil sikap untuk turut menyelidiki kasus yang melibatkan siswa di bawah umur ini.
"Kami harus melihat bukti dan fakta."
"Untuk itu, kami tinjauan lapangan sekaligus meminta keterangan dari Polda Jateng dan Polrestabes Semarang serta masyarakat sekitar di lokasi penembakan," kata Koordinator Sub Penegakan HAM pemantauan dan penyelidikan, Ulil Parulian Sihombing, baru-baru ini.
Diketahui, kasus ini melibatkan tiga pelajar SMKN 4 Semarang meliputi GRO (17) alias Gamma, AD (17), dan SA (16).
Juga oknum anggota Satresnarkoba Polrestabes Semarang, Aipda Robig Zaenudin (38).
Adapun kejadian terjadi di depan Alfamart Jalan Candi Penataran Raya, Ngaliyan, Kota Semarang, Minggu (22/11/2024) dini hari.
Akibat peristiwa ini, ketiga pelajar tersebut terkena peluru panas yang melesat dari tangan Robig Zaenudin.
Dua pelajar dinyatakan selamat atas insiden ini.
Sementara, satu pelajar lainnya, GRO, meninggal dunia akibat ditembak satu kali di bagian pinggul.
Sebagian artikel ini telah tayang di TribunJateng.com dengan judul FAKTA Baru, Keluarga Pelajar SMK N 4 Semarang yang Meninggal Ditembak Ngaku Diintervensi Polisi
(Tribunnews.com/Galuh Widya Wardani/Muhammad Renald Shiftanto)(TribunJateng.com/iwan Arifianto)