Rusia Sahkan UU CBDC,Transaksi Jual Beli Bisa Pakai Uang Digital
Pemerintah Rusia mengesahkan Undang-Undang yang mengatur keberadaan mata uang Rubel Digital di Central Bank Digital Currency (CBDC).
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, MOSKOW – Pemerintah Rusia resmi mengesahkan Undang-Undang yang mengatur keberadaan mata uang Rubel Digital di Central Bank Digital Currency (CBDC).
“Presiden Putin memperkenalkan amandemen yang relevan dengan aturan hukum perdata untuk memungkinkan rubel digital diwariskan atau diberikan ke orang lain,” jelas juru bicara istana Kremlin dikutip dari Cointelegraph.
Rubel Digital merupakan mata uang digital yang dikeluarkan oleh Bank Sentral Rusia. Mata uang digital ini pertama kali meluncur pada tahun 2020 silam, tepatnya ketika bank global kompak memblokir akses transaksi Rusia.
Seperti diketahui, setelah Putin melayangkan invasi ke Ukraina, sejumlah negara termasuk AS mulai melarang Rusia melakukan pembayaran utang menggunakan mata uang asing yang disimpan di bank AS.
Washington juga membekukan aset Rusia yang berbasis di AS untuk mencegahnya menggunakan cadangan devisanya untuk menopang rubel yang sedang berjuang.
Dengan melarang Rusia dari sistem ini, transaksi pembayaran ke negara Rusia untuk ekspor minyak dan gasnya jadi tertunda. Sejak saat itu pemerintah Rusia mulai menggagas mata uang digital nasional yang dapat mempermudah akses transaksi jual beli baik di dalam negeri atau lintas negara.
Baca juga: Bank Sentral Rusia Uji Transaksi Rubel Digital, Libatkan 13 Bank
Menurut dokumen yang dipublikasikan portal resmi pemerintah Rusia, mata uang elektronik Rubel nantinya akan mulai beroperasi pada 1 Agustus 2023.
Berbeda dengan mata uang digital lainnya, dalam peluncurannya nanti bank sentral Rusia tak hanya memperkenalkan Rubel Digital sebagai alat transaksi. Namun juga turut meluncurkan dompet digital yang dapat digunakan untuk menyimpan Rubel Digital.
Baca juga: China Sepakat Bayar Gas Rusia dalam Yuan dan Rubel
Sayangnya demi menghindari munculnya aksi peretasan, dompet tersebut tidak dapat digunakan masyarakat untuk membuka deposit, mengambil pinjaman, atau menerima bunga dengan mata uang digital.
Penambang Crypto Terbesar Kedua di Dunia
Keterbukaan Pemerintah Rusia terhadap adopsi aset cryptocurrency, membuat negara ini menjadi penyedia penambangan kripto terbesar kedua di dunia setelah Kazakhstan. Alasan ini yang kemudian membuat jumlah penambang Bitcoin di Rusia meningkat tajam selama tahun 2023.
Bahkan imbas dari membludaknya jumlah penambang Bitcoin di Rusia, operator pertambangan terbesar di Moskow, Bitriver mencatat jumlah daya yang dihabiskan selama pembuatan koin kripto dari Januari hingga Maret 2023 membengkak mencapai 1 gigawatt (GW).
Jumlah tersebut meningkat 20 kali lipat bila dibandingkan dengan penggunaan kebutuhan listrik selama lima tahun terakhir tepatnya pada 2017 sampai 2022.