Penjualan Mobil Mewah Merosot, Mercedes-Benz Anjlok Hingga 64 Persen Selama Kuartal III 2024
Penurunan ini terjadi jelang perilisan mobil baru Mercedes versi baru SUV G-Class, yang akan diluncurkan pada kuartal berikutnya.
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia
TRIBUNNEWS.COM, BEIJING – Penjualan mobil mewah dari merek Mercedes-Benz Group AG mengalami penurunan tajam di pangsa pasar China, tercatat selama kuartal III-2024 penjualan mobil mewah ini amblas hingga 64 persen.
"Hasil penjualan mobil premium Jerman Mercedes-Benz selama Q3 tidak memenuhi ambisi kami," kata CFO Mercedes Harald Wilhelm dalam sebuah pernyataan yang dikutip Reuters.
Adapun penurunan ini terjadi jelang perilisan mobil baru Mercedes versi baru SUV G-Class, yang akan diluncurkan pada kuartal berikutnya.
Imbas anjloknya penjualan mobil mewah Mercedes-Benz, laba perusahaan sebelum bunga dan pajak yang disesuaikan (EBIT) pada unit mobil turun menjadi 1,2 miliar euro atau sekitar 1,30 miliar dolar AS, berbanding terbalik dari estimasi rata-rata LSEG yang dipatok sebesar 3,6 persen atau 3,19 miliar euro.
Baca juga: 60 Mercedes-Benz S450 Disiapkan untuk Tamu Negara Pelantikan Prabowo-Gibran, Berapa Harga Sewanya?
Sebelum membukukan kerugian, CEO Mercedes-Benz, Ola Kaellenius telah memperingatkan bahwa konsumen Tiongkok khususnya gen Z saat ini sangat berhati-hati dalam melakukan pembelian besar serta aktivitas konsumsi terhadap barang-barang branded mewah.
Ini terjadi karena melemahnya ekonomi jangka panjang yang diperparah oleh krisis real estate lokal, hingga menciptakan ketidakpastian yang besar bagi konsumen, mengutip laporan Biro Statistik Nasional China, selama beberapa bulan terakhir negara tersebut bergulat dengan lesunya tingkat produksi industri dan sektor properti yang terus melemah.
Adapun sektor produksi industri di China hanya tumbuh 4,5 persen pada Agustus lalu, jadi laju pertumbuhan paling lambat sejak Maret.
Kinerja mengecewakan semakin diperburuk imbas melambatnya pertumbuhan di properti China, di mana harga perumahan terus turun memicu anjloknya pendapatan di sektor properti meski berbagai intervensi pemerintah ditujukan untuk menstabilkan sektor tersebut.
Untuk menutupi kekurangan yang disebabkan oleh sektor properti, para pemimpin Tiongkok sebagian besar berfokus pada promosi perluasan manufaktur, termasuk di sektor kendaraan listrik (EV).
Namun, strateginya untuk mengekspor kelebihan kapasitas ke pasar luar negeri telah menyebabkan penolakan global, terutama di kalangan produsen EV di Eropa. Menambah tekanan pada Beijing hingga membuat hilangnya kepercayaan di kalangan konsumen.
Penjualan Mobil Merugi Hingga Rp303 T
Tak hanya Mercedes-Benz, mayoritas dealer mobil di seluruh China tengah menghadapi pembengkakan kerugian, boncos hampir 20 miliar dolar AS atau sekitar Rp303,70 triliun (satuan kurs Rp15.164) dalam kurun waktu delapan bulan terakhir.
Hal itu diungkap langsung oleh Asosiasi Dealer Mobil China (CADA), dalam keterangan resminya CADA mengungkap bahwa dealer mobil China mengalami kerugian gabungan konsumen menunda pembelian mobil baru pasar melambatnya pertumbuhan ekonomi di China.
“Konsumsi yang lesu menjadi penyebab kerugian dealer, situasi tersebut terjadi di tengah tingginya tingkat persediaan grosir, yang berarti dealer terpaksa menjual stok berlebih dengan harga terendah,” ujar Asosiasi Dealer Mobil China.