Masa Muda Ma’ruf Amin yang Gemar Main Bola
Setiap akhir pekan, selalu berusaha menengok santri-santrinya di Pesantren Al Nawawi di Banten.
Editor: Hasanudin Aco
Sebagai Ketua Majelis Ulama Indonesia Kiai tak henti berkeliling untuk kepentingan umat.
“Ini seperti pekerjaan rutin. Saya biasa keliling daerah. Kuncinya saya mengalir seperti biasanya,” kata Kiai Ma’ruf Amin dalam percakapannya di kediamannya, Jumat 8 Maret 2019.
“Hidup itu harus dijalani apa adanya. “
Kiai Ma’ruf lahir 11 Maret 1943 di Desa Kresek, sebuah desa Tangerang yang dilintasi jalanan Jakarta Merak.
Terlahir sebagai anak semata wayang pasangan KH Muhammad Amin dan Hj Maimunah.
Kiai Muhammad Amin memiliki pesantren di Koper, desa tetangga Kresek.
Baca: Reino Barack-Syahrini Disebut Ada Tekanan Saat Hadapi Media, Peramal: Tegang karena Merasa Bersalah
Saat Ma’ruf Amin lahir, Kampung Kresek baru diusik kedatangan pasukan Jepang yang baru saja mengalahkan Belanda.
Jepang mendarat di TelukBanten, bersamaan dengan pendaratan di eretan Cirebon 1 Maret 1942.
Sang ayah, Kiai Muhammad Amin sesungguhnya menyiapkan nama khusus untuk anak lelakinya ini.
“Ayah memberi saya nama Maruf Al Kharki” kata Kiai Maruf seperti dituturkan dalam buku KH Ma’ruf Amin, karya Anif Punto Utomo, Maret 2018.
Sebuah nama yang menurut Kiai Amin mengandung harapan, agar Ma’ruf menjadi ahli agama sebagaimana sosok seperti Abu Mahfudz bin Firus Al Kharki, seorang ahli sufi dari Paersia yang memperoleh nama besar di Irak.
Rupanya nama belakang Al Kharkhi tak sempat bergema di desa kresek. Tak pernah tertulis di dokumen legal.
Sehingga nama belakang ayahnya yaitu Kiai Muhammad Amin yang tercatat kaena sangat dihormati. Mulai dari ijazah SD sampai Madrasah.
“Jadilah Namanya Ma’ruf Amin” kata Kiai Maruf Amin.