Naim Rata-rata Kantongi Rp 200 Ribu
Kebetulan anaknya juga ikut menambang di kawasan Bemban 12 bersama para penambang inkonvensional lainnya
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM -- "TOLONG diangkat sendiri ya. Saya sudah tidak kuat," ujar Naim, pria paruh baya yang tinggal di Desa Lubuk, Kabupaten Bangka Tengah, Senin (30/9/2013). Permintaan itu dilontarkan Naim kepada seorang pembeli yang datang ke warungnya. Sudah sekitar dua bulan, Naim mengelola warung kelontong yang dibuat di kawasan Bemban 12, Desa Nibung, Kabupaten Bangka Tengah.
Naim mengaku sengaja datang untuk berdagang. Kebetulan anaknya juga ikut menambang di kawasan Bemban 12 bersama para penambang inkonvensional lainnya.
"Kalau tidak ada anak saya di sini, saya juga mungkin tidak berdagang. Ngapain jauh-jauh dagang di sini," katanya saat ditanya Bangka Pos.
Warung kelontong yang dibangun Naim berada di jalan utama kawasan Bemban 12. Warung tersebut terlihat sangat sederhana meski dagangannya cukup lengkap. Dibangun menggunakan kayu, warung Naim hanya beratap dan dinding terpal. Sedikit melongok ke dalamnya, Naim seperti menyekat bangunan warung menjadi dua bagian. Pertama, tepatnya bagian muka dijadikan tempat untuk barang kelontong dagangan. Sementara bagian belakang adalah kamar tidur.
Naim mejajakan barang kelontong seperti kebutuhan pokok, antara lain beras, gula, air mineral, hingga gas elpiji ukuran 12 kilogram, hingga makanan ringan. Terlihat pula minuman ringan dingin yang disimpan dalam boks berbahan gabus. Ada juga Bahan Bakar Minyak jenis bensin yang ditaruh di bangunan lain di depan warung.
Menurut Naim, setiap hari dia bisa mendapat uang hasil penjualan sebesar Rp 1 juta. Namun itu adalah pendapatan kotor. "Dari hasil itu saya paling dapat bersihnya sekitar Rp 200 ribu atau lebih," ujarnya.
Berbeda dengan para penambang, Naim tidak membutuhkan izin khusus agar bisa berjualan di kawasan Bemban. Bahkan kehadiran warung Naim diapresiasi warga yang terbantu karena tidak harus berbelanja hingga ke Desa Nibung atau Koba.
Naim juga mengaku tidak kesulitan untuk mendapatkan pasokan barang dagangan. Jika memiliki uang lebih dari Rp 2 juta, dia cukup menunggu barang dagangannya diantar ke warung. Jika kurang dari jumlah itupun, Naim tinggal menambah biaya antar sebesar Rp 100 ribu.
"Kita kan punya bon-bon ketika dulu belanja ke Koba. Jadi dari situ bisa dibandingkan dengan bon yang dibawa pengantar. Trus cocokin juga dengan barang-barang yang dibawa. Jadi nggak susah-susah amat sekarang," kata Naim.
Pantauan Bangka Pos, warung kelongtong Naim bukan satu-satunya. Setidaknya ada lima hingga enam warung yang berada di jalur utama Bemban. Setidaknya keberadaan warung itu terpantau hingga kawasan Bemban 12.
"Makin ke sini, makin banyak warung yang buka. Yah sebenarnya ada juga perasaan gimana gitu. Karena jaraknya lumayan dekat. Maksud saya kalau boleh agak jauh lah. Tapi ya mau gimana lagi," tegasnya. (mun/tea)