Perbaikan Pantura Hanya Bisa 20 Km
Kerusakan jalan di pantai utara Jawa akibat banjir tidak akan bisa diselesaikan tahun ini jika tanpa terobosan.
Editor: Budi Prasetyo
Menurut Danis, ada beberapa penyebab utama kerusakan di jalur pantura, di antaranya volume kendaraan sudah melebihi kapasitas empat lajur jalan yang ada. Rasio volume dan kapasitas jalan di pantura, terutama ruas Cikampek-Cirebon, sudah melebihi angka 1 atau sudah sangat jenuh.
”Kepadatan arus lalu lintas ini memengaruhi waktu tempuh dari satu lokasi ke lokasi lain. Waktu tempuh menjadi lebih lama,” ujar Danis.
Maksimal beban kendaraan yang lewat di jalur pantura sebesar 10 ton. Jumlah tersebut dihitung dari maksimum sumbu kendaraan atau jumlah roda yang menopang kendaraan tersebut. Apabila muatan sumbu kendaraan melebihi kapasitas, faktor penyebab kerusakan jalan akan semakin meningkat.
Kepala Satuan Kerja Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah I Jabar Yuliansyah, di Cirebon, mengatakan, perbaikan jalur pantura idealnya dilakukan secara menyeluruh, yakni mulai dari fondasi. Jenis tanah aluvial yang labil mengakibatkan perbaikan jalur pantura tidak bisa dilakukan hanya di permukaan. Di sisi lain, anggaran pemerintah terbatas untuk perbaikan menyeluruh tersebut.
”Perbaikan di permukaan, misalnya dengan pelapisan aspal dan pembetonan, tidak akan bertahan lama karena struktur tanahnya labil. Perlu ada rekayasa teknis untuk mengatasi hal ini,” ungkapnya.
Ia menuturkan, perbaikan di jalur pantura memang dilakukan rutin dan sepanjang tahun karena lokasi segmen jalan yang rusak tidak selalu sama. Lokasi jalan yang diperbaiki tahun ini tidak sama dengan lokasi tahun lalu.
”Perbaikan menyeluruh dan sekaligus untuk jalan sepanjang 1.300 kilometer sulit dilakukan, mengingat jalur ini merupakan jalan utama yang menjadi penghubung Jakarta dengan Jawa Tengah dan Jawa Timur. Jalur selatan dan jalur tengah sebenarnya juga bisa dipilih, hanya saja rutenya berkelok-kelok,” kata Yuliansyah.
Problem lain adalah perbaikan menyeluruh dan sekaligus di jalur pantura memerlukan biaya besar. Anggaran pemerintah tidak mencukupi untuk melakukan perbaikan sekaligus. Di sisi lain, jalur itu sudah kelebihan beban.
”Jalur yang dirancang untuk 12.000 ton itu kini sudah dilintasi lebih dari 15.000 ton per hari. Kondisi ini tidak menguntungkan untuk struktur jalan yang fondasinya sudah labil,” ungkap Yuliansyah.
Pengelolaan khusus
Jalan pantura merupakan urat nadi perekonomian di Pulau Jawa. Jalan ini menjadi akses bagi 136 juta orang atau sekitar 60 persen penduduk di Jawa. Karena itu, penanganan tidak bisa skala biasa, tetapi perlu manajemen krisis yang ditangani oleh unit khusus dari pemerintah pusat atau kementerian.
Dalam hal ini harus dilakukan inspeksi rutin dan menyeluruh. ”Apabila jalan ditemukan retak serta berlubang kecil harus segera ditutup dan diperbaiki,” kata Purnomo, mantan Direktur Bina Teknis Bina Marga Kementerian PU.
Ia juga sepakat jika perbaikan konstruksi jalan perlu mempertimbangkan dampak kemacetan yang ditimbulkan. Penutupan sebagian jalan untuk pembetonan akan menimbulkan kemacetan parah selama berhari-hari hingga beberapa minggu. Oleh karena itu, pilihan yang tepat adalah dengan beton pracetak sehingga saat pemasangan hanya menghambat lalu lintas.