Cerita Murid SD Korban Pengeroyokan Teman Sekelas di Temanggung
Ironisnya lagi, salah satu siswa merekam aksi pengeroyokan ini dengan kamera telepon seluler (ponsel).
Editor: Hasanudin Aco
Laporan Reporter Tribun Jogja.com, Agung Ismiyanto
TRIBUNNEWS.COM, TEMANGGUNG- Joan CH mengaku masih trauma mengingat kejadian buruk yang dialami di sekolahnya beberapa bulan silam.
Bocah berusia 10 tahun warga Desa Krajan, Kecamatan Pringsurat, Kabupaten Temanggung ini akhirnya pindah sekolah setelah mengalami kekerasan di Sekolah Dasar (SD) Pringsurat I.
Kekerasan yang dialami oleh Joan dilakukan oleh empat orang kakak kelasnya. Saat mengalami pemukulan dan pengeroyokan itu, Joan sedang mengikuti pelajaran di sekolahnya.
Sementara, guru yang mengampu pelajaran di sekolahnya itu sedang keluar kelas.
Ironisnya lagi, salah satu siswa merekam aksi pengeroyokan ini dengan kamera telepon seluler (ponsel).
"Tidak ada masalah apa-apa, tiba-tiba saya didatangi ramai-ramai dan dipukuli," katanya saat ditemui Tribun Jogja (Tribunnewws.com) di rumahnya, Rabu (15/10/2014).
Joan mengaku tak ada masalah sedikitpun dengan empat orang kakak kelasnya itu. Namun, dia mengaku dua orang kakak kelasnya bernisial YCP dan D, sering membuat takut siswa di sekolahnya. "Teman-teman saya takut dipukuli oleh D," katanya.
Akibat kekerasan itu, orang tua Joan bergeming. Ayahnya, Wasiyanto (35) lalu meminta penyelesaian kasus yang menimpa putra pertamanya itu di tingkat sekolah.
Bahkan, komite sekolah, kepala SD I Pringsurat, orangtua YCP dan D sudah menandatangani kesepakatan di atas materai terkait penghentian kasus ini.
Namun, saat kenaikan kelas, Joan dinyatakan tidak naik kelas. Wasiyanto lalu memindahkan Joan ke sekolah lain, yakni di SD Kebumen 3, Pringsurat.
Di sekolah baru itu, Wasiyanto berharap Joan bisa mendapat sekolah yang aman, nyaman dan kondusif untuk kegiatan belajarnya. "Saya senang sekarang temen-temennya banyak di sekolah baru," imbuh Joan. (*)