Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Bupati Musi Banyuasin Nikmati Menu Serba Ubi

Yah ini kan kita ikuti aturan, kebetulan hasil bumi di Keluang ini banyak ubi jadi kita buat beraneka macam seperti getuk, cenil, lupis

Editor: Sugiyarto
zoom-in Bupati Musi Banyuasin Nikmati Menu Serba Ubi
SRIPOKU.COM/CANDRA OKTA DELLA
Makanan tradisional dari Kabupaten Musi Banyuasin (Muba) yang disuguhkan saat acara penghargaan kepada desa terbaik pembayaran pajak di Kecamatan Keluang Kabupaten Muba beberapa waktu lalu. 

TRIBUNNEWS.COM, KELUANG - Kebijakan yang dikeluarkan Menteri PAN dan Reformasi Birokrasi, Yudi Chrisnandi, agar setiap acara kepemerintahan wajib menyuguhkan makanan tradisional, sepertinya mulai diikuti di beberapa tempat, meskipun akibat kebijakan ini terjadi pro dan kontra di tengah masyarakat.

Berdasarkan pantauan Sripoku.com, saat acara pemberian penghargaan kepada desa terbaik pembayaran pajak di Kecamatan Keluang Kabupaten Muba beberapa waktu lalu, makanan yang disuguhkan mendominasi berasal dari ubi yang dibuat menjadi beraneka jenis.

“Yah ini kan kita ikuti aturan, kebetulan hasil bumi di Keluang ini banyak ubi jadi kita buat beraneka macam seperti getuk, cenil, lupis yang disuguhkan dengan adonan gula merah,” ujar Erna istri Camat Keluang.

Diceritakan Erna, langkah pemerintah pusat mewajibkan menyuguhkan makanan tradisional dinilai bukan langkah yang keliru.

Karena, dengan adanya aturan tersebut, saat ini kreatifitas masyarakat semakin menggeliat, seperti di Kecamatan Keluang, semenjak ada praturan dan kita lombakan ternyata banyak sekali aneka ragam makanan tradisional yang bisa diolah.

Seperti getuk ini, biasanya hanya seperti yang dijual dipasar, tapi kini bentuknya, warnanya sudah semakin cantik.

“Coba saja, rasanya lembut, manisnya pas dan tidak kalah bersaing dengan makan-makanan lain walaupun bahan dasarnya dari ubi,” ungkap Erna.

Berita Rekomendasi

Sementara itu, Bupati Muba H Pahri Azhari saat dibincangi mengatakan, aturan yang mewajibkan setiap unsur Pemerintah jika menyuguhkan makanan harus merupakan menu tradisional menurutnya bukanlah sesuatu yang salah.

Pahri sendiri mendukung aturan tersebut, meskipun memang diakui ada beberapa orang yang tidak suka makanan tradisional.

Tapi dilihat dari sisi pengembangan ekonomi kreatif, makanan tradisional, seperti ubi, pisang, jagung bisa menjadi momentum petani-petani ubi, petani pisang dan jagung lebih baik.

“Seperti ini saja, awalnya saya tidak tahu kalau ini getuk, karena penampilan luarnya berbeda, ini kan bentuk kreativitas,” katanya.

Dilanjutknya, untuk pola hidup sederhana yang diterapkan era Presiden Jokowi, dikatakan Pahri, hal tersebut telah dilakukanya, seperti larangan rapat dihotel, kita Pemkab Muba tidak pernah rapat dihotel, kita telah memiliki ruang rapat sendiri.

Begitu juga beberapa larangan lain yang telah diikutinya, bahkan saat inipun Ia telah menggunakan mobil Inova, seperti yang dicontohkan Jokowi.

“Jadi pola hidup sederhana itu memang sudah kita lakukan, dan saat ini ditambah aturan tersebut kita akan lebih lagi melanjutkan,” ucapnya.

Nuraini, salah satu pedagang ubi, di Pasar Perjuangan Sekayu mengatakan, akhir-akhir ini dampak dari aturan pemerintah mewajibkan menu tradisional untuk jadi menu wajib saat diadakan acara, belum Ia rasakan.

Saat ini, penjualan ubinya masih sama seperti hari-hari sebelumnya belum ada peningkatan.

“Masih sama dek seperti kemarin-kemarin belum ada perubahan, meskipun saya berharap setelah adanya kebijakan tersebut ubi-ubi saya laris,” bebernya.

Sumber: Sriwijaya Post
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas