Tim Posko Psikososial: Jangan Bicara Asuransi Dulu
“Manusia punya keterbatasan pola pikir. Dalam kondisi sekarang ini, orang-orang terdekat korban masih kosentrasi dengan penemuan korban atau pemakaman
TRIBUNNEWS.COM,MALANG - Informasi tentang asuransi terkait korban musibah pesawat terbang AirAsia QZ8501 terus bermunculan mengiringi ditengah upaya pencarian korban.
Informasi tentang asuransi bagi keluarga korban itu dinilai bisa menjadi ‘ancaman’ bagi keluarga korban.
Karenanya, Tim Posko Psikososial bagi keluarga dan teman korban musibah AirAsia kota Malang menghimbau pihak maskapai dan asuransi menahan diri untuk tidak membicarakan asuransi.
Salah satu anggota tim Posko Psikososial bagi keluarga dan teman korban musibah AirAsia kota Malang, dr Wisnu Wahjuni Sp Kj berharap, pihak maskapai untuk tidak menyampaikan hal terkait asuransi atau dana-dana kompensasi ke keluarga korban.
Menurutnya saat ini keluarga korban masih terbebani pikiran untuk menemukan korban.
“Manusia punya keterbatasan pola pikir. Dalam kondisi sekarang ini, orang-orang terdekat korban masih kosentrasi dengan penemuan korban atau pemakaman, terlalu berat kalau pikiran ditambah lagi soal asuransi. Akan lebih baik ditahan dulu,” ujar Wahjuni.
Dokter dari Bagian Jiwa FKUB/ RSSA ini menyebut, sangat memungkinkan reaksi negative akan muncul ketika keluarga atau kerabat terdekat jika langsung dihadapkan masalah asuransi.
“Bukan hanya asuransi, untuk sementara hal-hal lain seperti utang-piutang atau kewajiban korban sebaiknya tidak dibicarakan dulu sampai kondisi tenang, sampai semua proses pemakaman tuntas,” tambahnya.
Himbauan ini disampaikan mengingat sudah mulai bermunculan reaksi keras dari beberapa keluarga korban musibah AirAsia setelah pihak maskapai menawarkan pemberian dana khusus.
Sebelumnya reaksi keras terlontar dari Paman Kevin (salah satu korban dari Malang), Soejono yang menolak pendekatan pihak AirAsia yang akan memberikan dana bantuan Rp 300 juta.
Padahal keluarga korban ini masih berharap cemas karena masih ada tiga anggota keluarga mereka yang turut menjadi korban dan belum ditemukan sampai saat ini. (Dyan Rekohadi)