Angklung dan Rebana Siswa SMPN 1 Tempuran Sambut Delegasi 11 Negara
Sejumlah siswa di SMP Negeri 1 Tempuran, Kabupaten Magelang nampak antusias saat delegasi dari 11 negara mengunjungi sekolah mereka, Kamis (26/3/2015)
Editor: Sugiyarto
Laporan Reporter Tribun Jogja, Agung Ismiyanto
TRIBUNNEWS.COM, MAGELANG - Sejumlah siswa di SMP Negeri 1 Tempuran, Kabupaten Magelang nampak antusias saat delegasi dari 11 negara mengunjungi sekolah mereka, Kamis (26/3/2015).
Perwakilan dari 11 negara itu saling bertukar ilmu dan pengalaman di sekolah ramah anak di Kabupaten Magelang ini.
Suara angklung dan rebana menarik perhatian puluhan delegasi yang berasal dari Swedia, Kamboja, Cina, Mesir, Etiopia, Malawi, Namimbia, Afrika Selatan, Tanzania, Vietnam dan Zambia.
Mereka terlihat tertarik dengan penampilan siswa SMP 1 Tempuran dalam seni tari, musik hingga permainan tradisional.
Bahkan, para delegasi itu kemudian dalam beberapa kelompok mendatangi kelas-kelas. Mereka berusaha berinteraksi dengan siswa yang sangat kritis dan cekatan.
Beberapa dari delegasi itu juga sempat mengambil foto kegiatan siswa melalui ponsel mereka.
“Sangat menarik dan menyenangkan bisa berinteraksi dengan anak-anak,” ujar Agneta Flinck, salah satu peserta.
Delegasi asal Swedia ini menjelaskan, sangat tertarik dan terkesan dengan penampilan siswa-siswa yang menampilkan seni tradisional.
Dia juga mengaku senang bisa berbagi ilmu "sekolah ramah anak" di SMP Negeri 1 Tempuran.
“Memang kendalanya adalah saya sempat kesulitan memahami bahasa Indonesia. Namun, program ini sangat positif. Mereka (siswa) terlihat bahagia saat belajar, tanpa tekanan, ini yang penting sebagai sekolah yang ramah anak," ujar mahasiswa Lund University Swedia itu.
Ketua Panitia "Kunjungan Sekolah Ramah Anak", Sri Mardiyani menjelaskan, menyambut baik dengan adanya program ini.
Sri berharap tidak sekedar menjadi kegiatan formalitas belaka, akan tetapi menjadi pembelajaran bersama tentang pembelajaran anak ke depan.
“Sekolah ramah anak berarti sekolah yang memperlakukan anak sebagaimana mestinya sebagai anak-anak yang senantiasi dikasihi. Anak-anak, tidak bisa diperlakukan sama karena mereka mempunyai minat, bakat dan karakter masing-masing. Tetapi bukan berarti didiskriminasi,” jelas Sri.
Adapun, menurut Sri, kunjungan 11 negara tersebut dalam rangka studi banding. Mereka berbagi pengalaman serta belajar tentang ola pengajaran yang diterapkan di SMP Negeri 1 Tempuran yang telah ditetapkan sebagai sekolah ramah anak di Kabupaten Magelang.
Menurut Sri, para delegasi itu melakukan sharing tentang pembelajaran terhadap anak, bagaimana sekolah memperlakukan siswa, lalu mereka akan berdiskusi membahas apa yang mereka peroleh dan membandingkan dengan sekolah di negara masing-masing.
"Jadi di sini tugas guru menstimulasi saja. Anak harus diberi keleluasaan, kebebasan berekspresi sesuai dengan minat bakat mereka," tandasnya. (*)