Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

'Bersih Lingkungan' Jadi Sandi untuk Menyikat Terduga PKI

Pernah direkrut Deputi Kepala Badan Intelejen Negara Ali Moertopo pada 1969, Bathi Mulyono memilih menghilang saat operasi Petrus meletus.

Editor: Y Gustaman
zoom-in 'Bersih Lingkungan' Jadi Sandi untuk Menyikat Terduga PKI
Tribun Jateng/Adi Prianggoro
Bathi Mulyono adalah sekian korban selamat dari peristiwa penembakan misterius atau Petrus tahun 1980-an. Di usianya 35 tahun, ia ketua Fajar Menyingsing, organisasi yang menghimpun eks narapidana di Yogyakarta dan Jawa Tengah. 

Laporan Wartawan Tribun Jateng, Adi Prianggoro

TRIBUNNEWS.COM, SEMARANG - Setelah menghela napas panjang, Bathi Mulyono atau akrab disapa BM mengisap dalam-dalam rokoknya. Pikirannya melambung jauh ke belakang, saat mengenal istilah 'bersih lingkungan' yang identik dengan operasi kejahatan era 1965.

Istilah tersebut merupakan sandi untuk ‘menyikat’ orang-orang yang diduga terlibat gerakan 30 September PKI. (Baca juga: Kisah 'Komandan' Preman Fajar Menyingsing Era Penembakan Misterius)

"Saat itu yang terjadi bukan hanya pembunuhan karakter saja tetapi pembunuhan genetik. Mereka yang dihilangkan bukan hanya yang terlibat secara langsung tetapi juga suami, istri, anak, dan kerabatnya," ungkap BM saat ditemui Tribun Jateng di rumahnya, Jumat (29/5/2015).

Komandan Fajar Menyingsing - sebuah organisasi mantan narapidana se-Jawa Tengah dan Yogyakarta yang dibentuk pada 1983 - pada 1969 pernah direkrut Deputi Kepala Badan Koordinasi Intelijen Negara (sekarang BIN).

Seiring berjalannya waktu, anggota Fajar Menyingsing mencapai lebih dari 6000 orang. Organisasi itu didanai dan di-backup oleh Sutikno Wijoyo atau akrab dipanggil Pak Tik, orang dekat mantan Presiden Soeharto.

"Awal terbentuk Fajar Menyingsing dengan kode etik dan moralitas bagaimana narapidana bisa bekerja secara layak. Mayoritas persoalan para eks narapidana adalah ekonomi. Saat itu kami direstui oleh Suparjo Rustam sebagai Gubernur Jateng," ujar pria yang pernah mendapatkan perintah menciptakan insiden berdarah 'Lapangan Banteng' pada 1982.

Berita Rekomendasi

BM mulai menghilang ketika muncul Operasi Petrus atau Penembak Misterius pada 1983. Kawan-kawannya satu per satu meninggal tidak wajar dan mengenaskan. “Yang aneh, waktu itu saya tidak cemas, saya berpikir itu adalah risiko perjalanan hidup saya. Kewajiban saya adalah menghindar dan menyelamatkan diri," ceritanya.

Berpindah dari satu tempat ke tempat lain dilakoni BM selama 10 tahun, dari tahun 1983 hingga 1993. Ia sempat mengasingkan diri dan tidak berkumpul dengan orang-orang ketika bersembunyi di Gunung Lawu pada 1984 hingga 1986.

Setelah rezim Soeharto tumbang, BM baru berani muncul. Ia kemudian membuat album compact disc (CD) berisi lagu-lagu yang bercerita tentang tragedi pembunuhan misterius. Lagu-lagu pada album yang diberi nama, 'Tirai Kelahiran 83' itu dinyanyikan anak BM, Lita Handayani.

Pelucuran album tersebut dilakukan di Kantor Komnas HAM pada tahun 2007. “Lewat lagu-lagu itu, saya berharap banyak pemerintah bisa mengusut tuntas kasus-kasus pelanggaran HAM masa lalu,” katanya.

Sumber: Tribun Jateng
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas