Sekelumit Kisah Juru Pelestari Candi Ratu Boko
Adalah Slamet, seorang juru pelestari Candi Prambanan. Ia bertugas merawat dan memelihara bangunan candi-candi di kompleks Prambanan.
Editor: Y Gustaman
Laporan Wartawan Tribun Jogja, Rendika Ferri K
TRIBUNNEWS.COM, YOGYAKARTA - Pernah melihat candi? Bagi sebagian orang, tentu pernah bertanya-tanya bagaimana bangunan semegah itu dibuat nenek moyang kita tapi tetap kokoh sampai sekarang.
Bukan hanya karena kehebatan nenek moyang kita dalam merancangnya, tetapi juga karena jasa orang-orang yang berhasil merawat dan melestarikannya. Adalah Slamet, seorang juru pelestari Candi Prambanan. Ia bertugas merawat dan memelihara bangunan candi-candi di kompleks Prambanan.
Bagi sebagian besar orang, pasti asing mendengar juru pelestari. Frofesi ini memang jarang terdengar, namun tanpa jasa mereka bangunan candi tak akan pernah lestari.
Saban hari Slamet berangkat kerja dari rumahnya di Desa Ringin Sari, Bokoharjo, Prambanan, menggunakan sepeda motor bututnya, Honda Star keluaran tahun 1988 menuju kantor BPCB Yogyakarta di Kalasan.
"Motor star butut itu selalu saya kendarai. Tak pernah terpikir untuk ganti, karena banyak sejarah yang saya alami bersama motor ini. Bukan hanya untuk keperluan bekerja, namun juga digunakan untuk kedua anak berkuliah," ujar Slamet, Senin (17/8/2015).
Ia tak pernah mengeluh dan menjiwai bekerja adalah ibadah. Semenjak 1982, Slamet mengabdi di BPCB Yogyakarta. Proyek pertamanya membantu pengalian dan pemeliharaan Candi Wisnu di kompleks Candi Prambanan.
Banyak duka yang ia alami. Belum lama dia bekerja, pada 1986 terjadi resesi dunia. Ekonomi sedang kolaps, Slamet pun diberhentikan dari tempatnya bekerja.
Pada tahun 1987, ketika ekonomi mulai membaik, ia mencoba peruntungan melamar menjadi juru pelestari di BPCB Yogyakarta. Gayung bersambut, usaha kerasnya membuahkan hasil. Pada 1989 ia diangkat sebagai pegawai negeri sipil.
Slamet banyak bercerita bagaimana ia bekerja melestarikan candi. Sebelum dipindah ke Prambanan pada 1999, Ia bekerja melestarikan candi di Ratu Boko. Waktu itu, kompleks candi Ratu Boko masih tertutup rimba. Ia bertugas merambah hutan dan menjaga candi supaya tidak rusak. "Saya harus babat alas, kondisinya belum seperti ini," kisah Slamet.
Pekerja sedang melakukan pekerjaan pemugaran gerbang Candi Ratu Boko di Sleman, Kamis (19/3/2015).
Sehari-hari pekerjaan Slamet adalah merawat, mengamankan, memberi informasi pengunjung dan mengamankan bangunan candi. Ia kerap prihatin banyak pengunjung yang usil dan memanjat candi sampai merusak konstruksi bangunan.
"Masalah pengunjung sering dibilangin ngeyel, apabila terjadi jatuh, batunya pecah, mana bisa diganti, batu tersebut tak ternilai harganya," ujar Slamet.
Meski hanya bekerja sebagai juru pemelihara candi, Slamet merasa cukup. Bahkan ia dapat menyekolahkan kedua putranya sampai bangku kuliah. Ia merasa bahagia, putra-putrinya telah selesai kuliah. Putrinya bekerja sebagai guru di SD Muhammadiyah Bodon, Kota Gede, Yogyakarta. Sedangkan putranya meneruskan pekerjaannya di BPCB Yogyakarta.
Ditanya perasaannya mendapatkan penghargaan sebagai salah satu dari delapan inovator di SCSI 2015, Slamet mengaku sangat senang. Ia merasa bersyukur masih ada orang yang menghargai pekerjaanya sebagai juru pelihara.
Penghargaannya juga tidak disangka-sangka. Ia bahkan pernah menerima penghargaan dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada Agustus 2014, mewakili BPCB Yogyakarta sebagai karyawan teladan.
Slamet berharap generasi muda dapat mempelajari sejarah cagar budaya karena akan membawa manfaat. Ia berharap pemerintah dapat lebih memperhatikan juru pemelihara candi yang ada di Indonesia.
"Penghargaan ini hanya titipan dari Allah, penghargaan sebagai juru pelihara teladan. Insya Allah,saya akan terus bekerja di BPCB, memelihara bangunan cagar budaya sampai akhir nanti," ujar Slamet.