Makan Soto Dulu, Baru Merampok Toko Emas
sebelum beraksi, kedelapan pelaku itu sempat makan soto di warung Barokah, yang ada di seberang jalan, depan toko emas tersebut.
Editor: Sugiyarto
Karena membawa emas rampokan, Andut yang membonceng Nizar, tetap tancap gas.
Baru sampai di Tulungagung atau perjalanan sekitar 30 km, bannya ditembelkan.
"Mereka kabur, dengan melaju beriringan. Namun yang bawa emas rampokan Andut," kata Totok.
Sesampai Tulungagung, mereka menyimpan lima pistolnya di rumahnya, Nizar.
Baru besuknya, Kamis (22/9) siang, mereka kabur ke Semarang dengan naik bus, untuk menjual emasnya.
Untuk bisa menjual emasnya, mereka menemui Hartono (40), tukang sepuh emas di Pasar Johar, Semarang.
Agar calonnya tak curiga, emas itu dilebur sebanyak 2 kg, sedang sisanya dijual dalam bentuk aslinya, di antaranya gelang, cincin, dll.
Akhirnya, emas seberat 2,9 kg ditawarkan ke Oni Sugara (28), pedagang emas di pasar itu, dan lak Rp 268 juta.
Sedang, sisanya, 1 ons, merupakan jatah Hartono, sebagai jasa meleburkan dan menjualkan. Ia juga dapat bagian uang Rp 8 juta.
Terkait kasus ini, Hartono tahu kalau emas itu hasil perampokan karena ia sudah empat kali menjualkan hasil perampokan pelaku itu.
Sedang, Oni tak tahu karena kena rayu Hartono. Katanya, emas itu hasil membeli dari penjual. Begitu terkumpul, baru dileburnya.
Pelaku sendiri sudah empat kali merampok toko emas, di antaranya, dua kali di Kabupaten Blitar, tepatnya di toko emas Pasar Gambar, dan Kutukan, Kecamatan Garum, dan dua kali lagi di toko emas Pasar Brebek, Nganjuk, dan toko emas di wilayah Trenggalek.
Seperti diketahui, terbongkarnya sindikat perampokan ini berkat kegigihan petugas itu, yang memburu sampai ke luar jawa.
Akhirnya, mulai Kamis sampai Sabtu (10-12/9) lalu, kedelapan gerombolan perampokan itu dibekuk.