Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kebiasan Sengaja Bakar Lahan Dinilai Membahayakan Pemukiman di Bantul

Kebakaran lahan kembali terjadi di Wukirsari, Imogiri, Kamis (15/10/2015).

Editor: Sugiyarto
zoom-in Kebiasan Sengaja Bakar Lahan Dinilai Membahayakan Pemukiman di Bantul
helicopterservice.com.au
Helikopter pemadam kebakaran. 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Anas Apriyadi

TRIBUNNEWS.COM, BANTUL - Kebakaran lahan kembali terjadi di Wukirsari, Imogiri, Kamis (15/10/2015).

Meski tidak menimbulkan korban jiwa, kejadian yang terus berulang di musim kemarau ini menjadi perhatian karena jika dibiarkan akan membahayakan.

Ketua Forum Pengurangan Resiko Bencana (FPRB) Desa Wukirsari, Bayu Bintoro, menerangkan kebakaran lahan di Karangasem, Pucung, Wukirsari, Imogiri ini terjadi pada pukul 10.30 WIB dan membakar sekitar 6 hektare lahan milik warga yang ditanamai pohon sno, jati, mahoni, dan jambu mete.

"Kita menjaga agar jangan sampai bara api turun merembet ke pemukiman karena anginnya cukup besar," ungkapnya.

Kebakaran tersebut menurutnya baru padam sekitar pukul 14.00 setelah puluhan warga diserta FPRB, Garda Pucung, dan pemadam kebakaran turun tangan dan memutus api dengan membersihkan sampah kering yang bisa terbakar agar tidak merembet ke pemukiman.

Menurutnya, kejadian kebakaran lahan kali ini sudah yang keenam kalinya terjadi di Wukirsari.

BERITA TERKAIT

Semua kasus kebakaran, menurutnya, terjadi karena ada kebiasaan masyarakat yang sengaja membakar sampah dan dedaunan kering di bawah pepohonan pada musim kemarau.

"Yang dibakar itu sampah bukan pohonnya, ya rumput dan sampahnya, setelah terbakar dan terkena hujan diharapkan menjadi pupuk," tuturnya.

Karenanya, kerugian menurut Bayu belum bisa diperhitungkan karena yang terbakar sebagian besar adalah sampah dan rerumputan di bawah pepohonan.

Sedangkan pepohonan yang meranggas meski terbakar sedikit kemingkinan tetap bisa hidup saat penghujan nanti.

Tindakan tersebut menurutnya bisa membahayakan karena api bisa merembet ke pemukiman warga dan membahayakan nyawa.

FPRB menurutnya telah berupaya melakukan sosialsiasi ke masyarakat, namun banyak warga khususnya yang masih berpikiran kolot mempertahankan kebiasaan tersebut. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas