'Seperti Menambang Emas di Sawah, Setiap Kami Beraksi Minimal Dapat Satu Ons Emas'
Warga mendesak dilakukan penelitian untuk membuktikan kebenaran nilai historis di tanah kelahiran mereka.
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, GROBOGAN - Warga Desa Banjarejo, Kecamatan Gabus, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah berharap pemerintah segera menindaklanjuti penemuan berbagai macam benda yang diduga sisa peninggalan Kerajaan Medang Kamulan.
Warga mendesak dilakukan penelitian untuk membuktikan kebenaran nilai historis di tanah kelahiran mereka.
Keyakinan warga Banjarejo makin kuat desanya dulu sebagai pusat kerajaan masa Prabu Dewata Cengkar dan Ajisaka, setelah ditemukannya pondasi bangunan yang diduga bekas konstruksi kerajaan, Rabu 14 Oktober 2015. Pondasi yang ditemukan warga saat mencangkul sawah mereka itu diperkirakan panjangnya mencapai satu kilometer.
Sebelum temuan pondasi itu, warga telah menemukan sejumlah benda, di antaranya lesung, batu mirip tempat persujudan, perhiasan, topeng emas, guci berisi ribuan koin kuno berlapis emas seberat dua kuintal, dan sebagainya.
Bahkan, ada salah satu dusun di Desa Banjarejo yang memiliki kebiasaan unik saat memasuki musim penghujan. Sejak 2010, warga Dusun Medang beramai-ramai mencari emas maupun perhiasan berharga di areal persawahan miliknya. Mereka tidak bercocok tanam, tapi menjadikan lahan persawahannya bak tambang emas.
"Seperti layaknya menambang emas di sawah. Setiap kami beraksi minimal dapat satu ons emas berupa serbuk. Hasilnya kami bagi rata. Ada juga yang mendapat perhiasaan kerajaan maupun patahan emas. Ini sudah berlangsung sejak lima tahun lalu karena memang menjanjikan," kata warga Dusun Medang, Suwadi (46), kepada Tribun Jateng (Tribunnews.com Network), Minggu (25/10/2015).
Menurut Suwadi, meski sekitar 30 hektare lahan pertanian itu berulang kali dijadikan lokasi penambangan, namun serbuk emas maupun perhiasan berharga itu sepertinya tidak pernah habis.
"Anehnya serbuk emas maupun berupa gumpalan emas selalu muncul saat kami mencarinya. Bahkan perhiasan berharga juga ditemukan. Pokoknya ini aset bagi kami. Seakan tak pernah habis emas yang terkandung di tanah kami," ungkapnya.
Kepala Desa Banjarejo, Ahmad Taufik, mengatakan pihak desa mulai kebingungan lantaran setiap menjelang sore puluhan pengunjung dari berbagai daerah selalu berdatangan ke lokasi temuan pondasi yang diduga bekas kerajaan Medang Kamulan. Dalam literatur, kerajaan diduga ada antara abad ke 8 hingga 11 Masehi.
Semula warga ingin mengubur kembali pondasi temuan mereka.
"Tapi, bagaimana kami mau menguburnya, kasihan pengunjung yang rela jauh-jauh berdatangan. Desa kami seperti lokasi wisata sekarang. Ada yang dari Jawa Timur dan masih banyak lagi," kata Taufik.
Menurutnya, panjang pondasi bangunan itu diprediksi bakal mencapai satu kilometer.
"Penggalian kami kan hanya sedalam setengah meter. Coba kalau digali lebih dalam lagi, dan diteliti lebih serius lagi, pasti akan lebih terkuak misteri kerajaan Medang Kamulan," ujarnya.
Taufik mengaku jengkel akibat belum ada tanggapan serius dari pemerintah terkait fenomena yang terjadi di Desa Banjarejo.
"Jika nanti tak ada juga respon dari pemerintah, pihak desa akan bekerjasama dengan tim peneliti dari UNNES. Saya sudah menghubunginya dan ada tanggapan baik," kata Taufik. (put)