Terkait Polisi Mutilasi Anak Kandung, Ini Fakta Mengejutkan Survei Kesehatan Gangguan Jiwa
Sebuah data saat temu media Hari Kesehatan Jiwa Sedunia 2014 'Living with Schizophrenia' di Jakarta angka menunjukkan hal yang mengejutkan.
Editor: Robertus Rimawan
Berikut kajian dari dokter spesialis kedokteran jiwa.
Berdasar arsip Tribun temu media tersebut Dr A A Ayu Agung Kusumawardhani SpKJ(K) yang saat itu ia menjabat sebagai Ketua Seksi Skizofrenia Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) mengatakan, gangguan ini bisa diobati, bukan hal akhir dari segala-galanya.
Ia menyebut skizofrenia adalah gangguan di bagian otak.
Penyakit ini dipicu sebuah masalah dan ia memiliki masalah di bagian otak, bukan guna guna kutukan atau santet.
Gangguan ini serius tapi bisa diobati. Ini memang mengganggu cara berfikir, mengekpresikan, situasi lingkungannya sehingga menganggu sistem otak.
Skizofrenia merupakan suatu penyakit jiwa berat dan seringkali berlangsung kronis.
Adapun gejala utama berupa gangguan proses pikir sehingga pembicaraan sulit dimengerti, isi pikir yang tidak sesuai realita (delusi / waham), disertai gangguan persepsi panca indera yaitu halusinasi, dan disertai tingkah laku yang aneh, seperti berbicara atau tertawa sendiri.
Gejalanya ditandai penurunan fungsi kognotif mood dalam rasa.
Bisa dipicu penyalahgunaan zat sehinggga menyebabkan disfungsi sehingga pasien itu tidak bisa berkomunikasi dengan sekitarnya.
Jika tidak menjalani perawatan dengan baik fungsi belajar jadi terganggu.
Lebih lanjut ia mengatakan, gangguan jiwa ini kerap muncul di usia produktif yaitu 15-25 tahun.
Penyakit mental ini prlu dilakukan terapi sedini mungkin, agar dapat meningkatkan kemungkinan pemulihan yang sempurna.
Berdasarkan penelitian, dua tahun pertama mendapatkan terapi yang benar maka pemulihan bisa cepat.
"Kalau telat diatas 2 tahun sembuhnya sedikit, sedangkan kalau lima tahun lebih sedikit susah," ujar Dokter Agung, saat temu media Hari Kesehatan Jiwa Sedunia 2014 'Living with Schizophrenia' di Jakarta.