Cerita Prajurit Melamar Gadis Pujaan, Calon Mertua Kaget Lalu Pingsan
Seorang tentara asal Pamekasan membuat seorang pebisnis asal Banda Aceh jatuh pingsan setelah meminta anak gadisnya.
Editor: Y Gustaman
Laporan Wartawan Tribun Jogja, Jihad Akbar
TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Citra sangar seorang tentara tak tampak pada diri Letnan Kolonel Inf Muchlis Gasim. Komandan Batalyon Infantri 403/Wirasada Pratista di Kentungan, Sleman ini tak sungkan bergurau dan mudah akrab dengan siapa saja.
Keterbukaannya kepada siapa saja, terlebih kepada pekerja media tak diragukan. Namun begitu, sikap tegas, disiplin, dan kewibawaannya sebagai perwira tak perlu diragukan lagi.
Pria asli Pamekasan, Madura, tak pelit berbagi cerita pahit dan manis selama hidupnya. Selama delapan tahun bertugas di Aceh, Gasim mendapat pengalaman berharga dari mulai Tsunami sampai mendapat jodoh.
"Paling berkesan di Aceh, di situ kami belajar kehidupan sebenarnya. Pengalaman kemanusiaannya luar biasa," ujar lulusan Akmil 1999 yang hobi berenang kepada Tribun Jogja di ruang kerjanya, Rabu (25/5/2016).
Saat konflik bersenjata memanas di Aceh, Gasim sangat terpukul karena anggotanya yang masih muda dan baru lulus pendidikan tewas pada Ramadan. "Saya kehilangan anggota di medan tempur Aceh Utara," cerita dia.
Apa yang dialami anggotanya baru lulus pendidikan dan langsung terjun di medan tempur kemudian tewas menjadi pelajaran sangat berharga bahwa setiap prajurit harus siap di segala kondisi apalagi untuk tugas tempur.
Cerita bahagia tak lupa Gasim bagi, ketika bagaimana ia mendapatkan pujaan hati yang telah memberinya dua anak, yakni Rina Safrida, putri seorang pengusaha terkenal di Banda Aceh.
Ia lebih dulu mengenal ayah sang gadis, sehingga hubunganya begitu dekat. Ketika hendak pindah tugas ke Meulaboh, ayah si gadis menantang Gasim untuk meminta apa saja kepadanya dan akan dikabulkan.
"Saya bilang, saya minta putri bapak jadi istri saya. Wah, bapak kaget, langsung jatuh pingsan," ungkap Gasim.
Bapaknya sama sekali tak menyangka anak gadisnya diminta Gasim yang tak kalah terkejut ketika calon mertuanya itu pingsan. Momen ini sebenarnya telah diskenariokan dengan calon istri dan ibu mertuanya.
Bersama istri dan dua anaknya, pria kelahiran 37 tahun silam lulusan Akmil 1999 ini tinggal di rumah dinas di Mako Yonif 403/WP Kentungan. Gasim pernah dua tahun bertugas di Pussenif, Bandung, sebelum ke Aceh.
Gasim melanjutkan pendidikan jenjang perwira menengah, kemudian ditugaskan di Kodam IX/ Udayana sebelum ke Kodam IV/Diponegoro. Sejak Februari 2016, ia resmi memimpin Yonif 403/WP.