Di Kampungnya, Freddy Budiman Mengaku Bisnis Kaca Mata
Salamun (49) tidak percaya Freddy Budiman akan dieksekusi mati oleh tim regu tembak. Apalagi teman masa remajanya itu terlibat jaringan narkoba.
Editor: Sugiyarto
TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Salamun (49) tidak percaya Freddy Budiman akan dieksekusi mati oleh tim regu tembak. Apalagi teman masa remajanya itu terlibat jaringan narkoba.
Ditemui di depan rumah Freddy Budiman di Jalan Krembangan Baru VII (bukan Jalan Kemayoran baru, red.), Salamun mencoba mengingat-ingat masa remajanya bersama Freddy Budiman.
Menurutnya, masa remaja Freddy Budiman tidak terlalu nakal. Memang Freddy Budiman sering menenggak minuman keras (miras), tetapi dia tidak pernah mengonsumsi sabu atau ekstasi.
"Dia juga jago biliar. Dulu ada tempat biliar di samping rumahnya. Biasanya bermain di situ," kata Salamun, Kamis (28/7/2016).
Freddy Budiman dan teman-temannya tidak pernah berjudi saat bermain biliar. Taruhan permainan ini hanya genderan, yaitu bola biliar dijatuhkan di jari pemain yang kalah.
Freddy Budiman bermain biliar terakhir bersama teman-temannya pada akhir tahun 1990-an.
Setelah itu dia merantau ke luar Surabaya. Dia tidak mengetahui kemana Freddy Budiman merantau.
Salamun bertemu Freddy Budiman terakhir pada awal tahun 2000-an. Meskipun hanya pulang sebentar, Freddy Budiman masih menyempatkan diri menyapa teman-temannya, termasuk Salamun.
Kepada dirinya, Freddy Budiman mengaku tidak bisa lama berada di Surabaya.
Sebab, Freddy Budiman mengaku sedang konsentrasi mengelola bisnis kacamata di Sumatera.
Makanya dia kaget saat mendengar Freddy Budiman ditangkap karena terlibat narkoba.
Menurutnya, Freddy Budiman akan dimakamkan di TPU Kalianak (Makam Mbah Ratu). Keluarga Freddy Budiman pun sudah memesan lahan di TPU tersebut.
"Saya tidak tahu kapan penggalian makamnya," tambahnya.