Tampun Juah, Legenda Percintaan Sedarah Berakhir dengan Hukuman Mati
Diam-diam Juah menjalin hubungan asmara dengan gadis yang bernama Lemay, yang ternyata merupakan saudara sepupu sekalinya (mandal).
Editor: Dewi Agustina
Seketika langit menjadi gelap, tanah pun bersimbah darah. Rakyat Iban pun berduka dan melepaskan segala aksesoris yang mereka kenakan.
Pementasan yang dibumbui dengan adegan komedi ini pun berakhir dengan pilu, dimana adegan terakhir menampilkan Juah dan Lemay ditombak dengan sebilah bambu runcing dalam keadaan berpelukan.
Dalam adegan ini, semua warga kampung meninggalkan tempat dimana Juah dan Lemay dihukum mati, kecuali dua wanita tua yang terus menangisi dan memeluk Juah dan Lemay yang telah bersimbah darah dengan sebilah bambu runcing yang masih menancap di tubuh mereka.
"Kejadian itulah yang menjadi cikal bakal dari penamaan tempat itu, yaitu Tembawang Tampun Juah. Tapi sekarang perkampungan Tampun Juah ini sudah tidak ada lagi, tapi jejak-jejak peninggalannya masih ada. Secara geografis letaknya masuk dalam alur Sungai Sekayam, Kabupaten Sanggau, dulu di perkampungan ini ada sekitar 10 rumah betang panjang besar," jelas pria yang akrab di sapa Iil ini.
Konon, pasca peristiwa tampun juah, di daerah ini kemudian terjadi peperangan, dan akhirnya masyarakat Iban satu persatu meninggalkan Kampung.
Tampun Juah inilah cikal bakal kampung masyarakat Iban sebelum pecah menjadi sub-sub suku yang sekarang menjadi sub suku Ketungau, Sub Suku Desa, Sub Suku Kantu, Sub Suku Mualang.
"Jadi Tampun Juah inilah asal mulanya orang-orang Ibanic, makanya cerita ini dimiliki oleh banyak sub suku yang masuk dalam Ibanic. Seluruh sub suku Iban ini mengatakan bahwa nenek moyang mereka berasal dari Tembawang Tampun Juah semua, termasuk masyarakat Iban di Sarawak Malaysia," ujar Iil.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.