Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Perjuangan Ibu 'Menyambung' Kaki Anaknya yang Lumpuh Agar Tetap Bisa Sekolah

"Kaki ibu ini sebagai ganti kakimu". Kata-kata penuh kasih sayang ini terlontar lembut dari Tatik Sukilah sembari menggendong putranya, Erry Susilo

Editor: Sugiyarto
zoom-in Perjuangan Ibu 'Menyambung' Kaki Anaknya yang Lumpuh Agar Tetap Bisa Sekolah
Kompas.com/ Wijaya Kusuma
Tatik Sukilah saat mengendong putranya Erry Susilo turun dari ojek menuju rumah kontraknya 

"Sampai Erry pindah sekolah di Wonosari untuk proses penyembuhannya, saya di Wonosari sampai satu bulan," kata dia.

Tidak sedikit uang yang ia keluarkan demi sang buah hati. Rumahnya di Purworejo terpaksa dijual meski sedang dalam proses pembangunan dari hasil menabung saat bekerja di Jakarta.

"Sampai habis-habisan, rumah dijual pokoknya demi anak sembuh saya lakukan," ucapnya.

Malang bagi Erry, ia tidak kunjung sembuh. Hingga akhirnya salah satu dokter spesialis saraf di Yogyakarta mengatakan bahwa Erry menderita duchenne muscular dystrophy (DMD) atau degenerasi otot. Penyakit ini tidak ada obatnya.

Vonis itu bagai petir di siang bolong bagi Tatik. Semangatnya mencari kesembuhan bagi sang anak seketika runtuh.

"Katanya tidak ada obatnya, hanya kasih sayang orangtua lah yang akan menguatkannya," tuturnya.

Sejak itulah, Tatik mencurahkan perhatian dan kasih sayangnya untuk mendampingi remaja tersebut.

Berita Rekomendasi

Kebetulan, anak pertama dan keduanya sudah bekerja, menikah dan tinggal di Jakarta. Anak ketiga Tatik sedang mencari pekerjaan di Yogyakarta.

Setiap hari, Tatik selalu berada di samping Erry. Ia kerap bangun di malam hari ketika Erry mengeluh pegal dan ingin berganti posisi tidur.

Saat ini Erry tidak bisa mengerakkan kepalanya sendiri. Padahal, tiga tahun lalu Erry masih bisa menggelengkan kepala dan mengangkat tangannya.

"Kalau ingin buang air besar, malam hari pun saya gendong ke kamar mandi, jalan kaki agak jauh, dekat Sungai Code. Di kontrakan kan tidak ada kamar mandinya," kata Tatik.

Saat duduk di Sekolah Dasar Lempuyangan Kota Yogyakarta, Erry berangkat dan pulang sekolah dengan digendong ibunya.

Ketika Erry sudah beranjak SMP dan SMA dan lokasi sekolahnya jauh, Tatik pun harus menyewa ojek untuk mengantar dan menjemputnya.

Saban hari, Tatik harus membayar sebesar Rp 25.000 untuk ojek ke dan dari sekolah. Sebulan ia membayar Rp 650.000.

Halaman
1234
Sumber: Kompas.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas