Perjuangan Ibu 'Menyambung' Kaki Anaknya yang Lumpuh Agar Tetap Bisa Sekolah
"Kaki ibu ini sebagai ganti kakimu". Kata-kata penuh kasih sayang ini terlontar lembut dari Tatik Sukilah sembari menggendong putranya, Erry Susilo
Editor: Sugiyarto
![Perjuangan Ibu 'Menyambung' Kaki Anaknya yang Lumpuh Agar Tetap Bisa Sekolah](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/tatik-sukilah_20161101_230322.jpg)
Jumlah itu diakuinya sangat berat sebab penghasilannya dari membuat serta menjual roti tidak menentu. Sementara ia masih harus membayar uang kontrakan sebesar Rp 500.000 per bulan. Belum lagi biaya untuk hidup sehari-hari.
"Ya, harus utang kanan-kiri kalau pas tidak ada uang. Soalnya pesanan roti atau snack tidak pasti ada. Tetapi ya ada saja rezeki itu datang, saya yakin Allah pasti memberi jalan," kata Tatik.
Sering kali tatkala tidak mempunyai uang untuk membayar ojek, Tatik menggendong putranya jalan kaki ke SMA Negeri 11. Kurang lebih satu jam ia berjalan melewati trotoar.
Di usianya yang tidak muda lagi, Tatik harus beberapa kali berhenti di pinggir jalan untuk beristirahat sambil mengatur napas.
"Di jalan, yang bikin hati saya 'greeeg' saat Erry bertanya, 'Ibu capek? Ibu malu enggak gendong Erry? Ibu semangat, ya," tutur Tatik sambil memegang dada.
"Saya jawab, 'Ibu tidak capek gendong Erry, tidak malu. Ibu selalu ada untuk Erry'," ucapnya mengulang jawaban ke Erry.
Tidak hanya sekali-dua kali Erry menanyakan itu kepada ibunya. Remaja kelahiran 14 Januari 2000 ini memang sangat menyayangi ibunya.
Ketika ibunya sakit, Erry tidak masuk sekolah. Tidak ada yang menggantikan Tatik untuk membawa Erry ke sekolah.
Meski dalam kondisi keterbatasan fisik, Erry tidak pernah sekalipun mengeluh, merasa malu atau putus asa. Semangat belajar dan sekolahnya tinggi, nilai-nilainya pun tidak kalah dengan teman-temannya.
"Alhamdulilah, selama ini Erry selalu diterima di sekolah negeri. Rata-rata nilainya bagus, tulisannya juga bagus," kata Tatik.
Selain itu, guru dan teman-temanya di sekolah selalu memberikan dukungan kepada Erry. Pengelola sekolah memperbolehkan motor yang menjemput Erry masuk hingga depan kelas.
Selama mengikuti pelajaran di sekolah, Erry duduk di kursi roda lengkap dengan meja. Kursi roda itu bantuan dari seorang anggota TNI.
Teman-teman Erry sering menyuapinya makanan atau minum pada saat istirahat. Mereka juga membantu mengambilkan buku atau hal-hal lain yang diperlukan Erry.
Ketika belajar di rumah, Tattik menggeser meja tamu kecil dan mendudukkan Erry di depan lemari sebagai sandaran. Kedua lengan Erry diletakkannya di atas meja dekat dengan buku yang ingin dipelajari.