Warga Kampung Adat Jalawastu Pantang Gunakan Semen, Porselen, Keramik, Batu Bata dan Genting
Meskipun terletak di Kabupaten Brebes, namun mayoritas warga Jalawastu berkomunikasi menggunakan Bahasa Sunda.
Editor: Dewi Agustina
Saat Tribun Jateng (Tribunnews.com Network) menyambangi kamar mandi satu rumah warga, kloset tidak terbuat dari porselen yang biasa dipasang di dalam kamar mandi.
Kloset terbuat dari kayu yang dibentuk serupa dengan kloset porselen.
"Porselen, keramik, semen, batu bata, genting, memang merupakan pantangan bagi warga Jalawastu. Kalau besi masih boleh," jelas pria yang sering menggunakan pakaian dan ikat kepala serba putih itu.
Menurutnya, warga Jalawastu yang saat ini mayoritas beragama Islam masih memegang teguh peninggalan adat leluhur. Jadi, masih kental adat istiadat leluhur yang berkeyakinan Sunda Wiwitan.
"Kalau ditanya ada pantangan tidak boleh membangun rumah dengan semen dan sebagainya, itu karena ajaran leluhur pun seperti itu. Pokoknya, pamali," ucap Dastam.
Ia pun bercerita asal muasal tradisi leluhurnya. Zaman dulu itu pembuat genting tinggal jauh dari rumah warga dan belum ada kendaraan.
Untuk membawa genting harus dipikul dan berjalan puluhan hingga ratusan kilometer.
Oleh karena itu, karena dulu banyak tanaman alang-alang, jadi untuk atap rumah memakai tanaman tersebut.
Menurutnya, tanaman alang-alang membikin nyaman lantaran saat musim panas, rumah tidak terasa panas, dan saat musim dingin bisa membuat rumah jadi hangat.
Kemudian, saat ini, warga ada yang sudah memakai seng.
"Hanya saja, seng berisik kalau musim hujan," imbuhnya.
Selain itu, sumber penerangan masih menggunakan kincir air. Bahkan, masih ada yang menggunakan penerangan dengan kaleng atau botol bekas yang berisi minyak. (mamdukh adi priyanto)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.