Menyelam di Perairan Tanjung Perak Cari Besi, Choirul Hasilkan Rp 4 Juta Sehari
Benda yang dikumpulkan tidak hanya besi saja, ada juga karang yang rusak, tembaga, kabel, dan masih banyak lagi.
Editor: Dewi Agustina
Laporan Wartawan TribunJatim.com, Pradhitya Fauzi
TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Patroli Quick Wins Polair Polres Tanjung Perak Surabaya di perairan Bui Pisang Kamis (23/2/2017), Bripka Suharyono bersama ABK-nya menemui beberapa orang yang sedang melakukan penyelaman.
Para penyelam ini diketahui bekerja di wilayah Alur Pelayaran Timur Surabaya (APTS).
"Tugas penyelam seperti saya dan teman-teman lainnya mencari besi, yang bobotnya mulai satu kilogram hingga satu ton," ujar seorang penyelam bernama Choirul Rossi (23).
Pria asli Bangkalan ini mengaku sudah bekerja menari besi di laut selama 10 tahun.
Benda yang dikumpulkan tidak hanya besi saja, ada juga karang yang rusak, tembaga, kabel, dan masih banyak lagi.
"Setelah seluruh barang dibersihkan, barang-barang ini kita setor ke pengepul. Sehari bisa dapat 2 sampai 4 juta, kadang juga gak dapat apa-apa," ujar pria beranak satu tersebut.
Baca: Bupati Rokan Hulu Non Aktif Suparman Langsung Sujud Syukur Divonis Bebas
Tiap anggota kelompok penyelam dari Alur Pelayaran Timur Surabaya (APTS) ini memiliki tugas masing-masing.
Mereka pernah mengalami beraneka kejadian unik dan menarik dalam mengemban tugasnya sebagai penyelam di lautan lepas.
"Gendang telinga saya yang kiri ini sudah pecah, gara-gara menyelam terlalu dalam," ujar penyelam bernama Choirul Rossi sambil memegang daun telinganya.
Tidak hanya itu, dia mengaku pernah terbawa arus laut yang deras saat nekat menerjang cuaca ekstrem di lautan demi mencari bongkahan besi.
Meskipun omset yang didapatkan dua juta hingga empat juta perhari, omset tersebut masih dirasa kurang karena harus dibagi ke beberapa anak buah kapal yang ikut bertugas.
Selain itu uang tersebut tidak sebanding dengan risiko yang diterima saat menyelam.
Bagaimana tidak, alat keselamatan yang dipergunakan benar-benar tidak sesuai, misalnya untuk pernafasan menggunakan kompresor, menggunakan kaus panjang saat menyelam, hingga kacamata selam yang terlihat mulai longgar di bagian karetnya.
"Mau gimana lagi, kemampuan saya cuma berenang dan menyelam, meskipun hasilnya kurang ya dicukup-cukupin aja lah," tambahnya sembari tertunduk melihat air laut.
Dengan berbagai kemampuan dan pengalaman yang dimiliki, dia mampu menaklukkan lautan.
"Tapi disini saya mengerti apa itu makna kehidupan dan bagaimana nikmatnya sebuah pengorbanan yang mungkin tidak bisa didapat di pekerjaan lain," tambah pria yang sering disapa Irul sembari memainkan kacamata renangnya tersebut.