Kisah Fatimah dan Ibunya, Hidup di Pinggir Rawa, 9 Tahun Hanya Makan Mie Instan
Dalam kondisi hamil, Bu Nur meninggalkan rumahnya dan memutuskan untuk membuat gubuk di tanah dekat rawa bekas galian tambang pasir.
Editor: Dewi Agustina
Namun kali ini Tuhan memilih kita mendengar kisah Fatimah dan ibunya.
Bukan tanpa alasan, Sang Pencipta mempercayakan Fatimah pada kita karena kita mampu untuk peduli.
Fatimah mengajarkan pada kita bahwa bahagia tak harus selalu mewah.
Dalam kesederhaaan hidup, bahagia yang sebenernya itu ada.
Saya bersama Dompet Sosial Madani (DSM) bulan lalu menyalurkan bantuan hidup sekadarnya dan komitmen untuk beasiswa hingga ia sarjana.
Semua itu tak akan terwujud tanpa adanya kebersamaan orang baik seperti kita.
Rencana kedepan DSM untuk Fatimah dan ibunya, selain program beasiswa, dan biaya hidup, adalah relokasi tempat tinggal dan pemberdayaan ekonomi.
Bagaimana nantinya keluarga ini bisa direlokasi, pindah ke tempat yang lebih layak.
Selanjutnya, pelatihan pemberdayaan ekonomi agar Bu Nur memiliki penghasilan dari usaha, sehingga menjadi keluarga mandiri dan sejahtera.
Tak ada waktu terbaik dalam membantu sesama. Waktu terbaik adalah sekarang kita bertindak untuk kebaikan.
Terlebih bulan ini adalah Bulan Ramadan, bulan mulia bagi umat Islam. Apapun kebaikan yang dilakukan akan dilipatgandakan. Saatnya Bersama Peduli Sesama.
Penulis: Yayasan Dompet Sosial Madani Bali, Call Center DSM Bali: 081237671819