Warga Bantul Rela Rogoh Ratusan Ribu untuk Membeli Air
Setidaknya sudah seminggu terakhir, air PAM yang menjadi andalan warga saat musim kemarau tak mengalir.
Editor: Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, BANTUL - Warga RT 8, Dukuh Kaligatuk, Srimulyo, Piyungan, Bantul harus memutar otak untuk tetap bisa memenuhi kebutuhan air sehari-hari.
Mereka harus mencari air di sumber air yang letaknya cukup jauh hingga membeli air berharga ratusan ribu.
Dyah, yang rela berjalan cukup jauh dari rumahnya ke sumber mata air di ladang demi mendapat air untuk keperluan minum ternak.
"Air dari sumur di ladang keruh jadi hanya bisa untuk minum ternak, sayang kalau pakai air bersih karena sedang sulit air," kata Dyah, Sabtu (30/9/2017).
Senada, Purwanti yang juga warga RT 8 mengeluhkan sulitnya mendapatkan air bersih di musim kemarau.
Setidaknya sudah seminggu terakhir, air PAM yang menjadi andalan warga saat musim kemarau tak mengalir.
Baca: Seorang Petani di Bantul Sediakan Cabai Gratis untuk Warga, Tapi Petik Sendiri
"Sama sekali tidak mengalir dari PAM, jadi harus cari air," kata Purwanti.
Bantuan air dari dropping pihak Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) provinsi maupun kabupaten jadi sumber andalan lain.
Meski dropping tidak rutin, namun cukup membantu kesulitan air warga.
Terbukti, air di bak penampungan langsung habis begitu dilakukan dropping.
Jika stok air habis sedangkan bak penampungan air di desa kering, Purwanti dan warga harus rela turun ke desa sebelah untuk mencari air.
Bukan hal mudah, karena jaraknya jauh. "Kalau mau praktis ya beli air, tapi lumayan mahal, Rp 120 ribu untuk satu tanki, itu untuk satu bulan," kata Purwanti. (sus)