Anak-anak Mentawai Seberangi Sungai dan Berjibaku dengan Lumpur Demi Menempuh Pendidikan
Sedari pagi, sejumlah anak Mentawai berjibaku dengan lumpur demi menempuh pendidikan di Mentawai.
Penulis: Abdul Qodir
Editor: Dewi Agustina
"Byarrr.. Aduh!" ujar Leperia. Selain basah, sebagian baju yang dikenakannya terkena lumpur.
Beberapa jurnalis juga menjadi "korban" terpeleset di jalan lumpur dan tercebur di kali. Pakaian yang dikenakan telah basah bercampur keringat dan kotoran lumpur.
Bagi mereka yang kali pertama melewati jalur ini, rasa lelah dan licinnya jalan sedikit terobati dengan indahnya suara burung dan pemandangan pepohonan hutan tropis di sepanjang perjalanan.
Selain pepohonan rimbun, beberapa ladang palawija milik warga juga turut mengantar perjalanan ke sekolah. Di antaranya, pohon durian, kakao, cokelat, manau atau rotan, pinang dan nibung.
Setiba di sekolah, keempat anak dan guru mereka tak bisa langsung masuk ke dalam kelas untuk belajar.
Mereka harus membilas kaki yang penuh lumpur di sebuah aliran mata air di belakang sekolah.
Mereka juga tampak sigap mengganti pakaian yang dikenakan dengan seragam sekolah di kelas bagian belakang.
Baca: Suku Mentawai Nasibmu Kini, Jalan Berliku Menuju Fam Sirisurak (1)
Setelah mereka berganti pakaian, mereka duduk di kursi masing-masing.
Fisik bangunan sekolah dan ruang kelas tidak seperti umumnya sekolah di kota besar.
Sekolah Uma Gorottai hanya terdiri dua ruang kelas dengan luas masing-masing sekitar 4x5 meter persegi.
Di dalam ruang kelas hanya terdapat lima pasang meja dan kursi kecil tanpa cat untuk murid hanya lima pasang.
Lantai dan dinding pun hanya berbahan papan. Dan sekolah tersebut hanya beratap seng.
Keempat murid tersebut saat proses belajar di hanya menempati satu ruang kelas demi efektifitas dan efisiensi belajar-mengajar.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.