Anak-anak Mentawai Seberangi Sungai dan Berjibaku dengan Lumpur Demi Menempuh Pendidikan
Sedari pagi, sejumlah anak Mentawai berjibaku dengan lumpur demi menempuh pendidikan di Mentawai.
Penulis: Abdul Qodir
Editor: Dewi Agustina
SEKOLAH di Mentawai tidak mudah digapai. Sedari pagi, sejumlah anak Mentawai berjibaku dengan lumpur demi menempuh pendidikan di Mentawai.
Empat anak dengan wajah riang berlari kencang saat langkah kaki mereka yang penuh lumpur menginjak lahan pemukiman belum berpenghuni di Dusun Ukra, Kecamatan Siberut Utara, Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, Rabu (6/12/2017) pagi.
Mereka bersorak sorai begitu tiba di sebuah bangunan berdinding papan cat putih bertuliskan "Sekolah Uma Gorottai".
Yah, keempatnya merupakan anak Suku Mentawai fam Sirisurak dari Kampung Gorottai yang berupaya menimba ilmu demi menggapai cita-cita dalam kondisi serba kekurangan.
"Sekolah Uma Gorottai" baru beroperasi pada Juni 2016 lalu atau pada tahun ajaran 2016/2017.
Baca: Fadli Zon Berharap Presiden Jokowi Merespons Surat Minta Perlindungan Diduga dari Novanto
Sekolah panggung dengan dua ruang kelas tersebut didirikan oleh warga Kampung Gorottai secara gotong-royong dengan bantuan dana Rp 15 juta dari Yayasan Citra Mandiri Mentawai (YCMM).
Sekolah lama mereka di Kampung Gorottai telah ditutup sejak empat tahun lalu oleh pendirinya, Yayasan Yoga, karena terus berkurangnya jumlah murid.
Semula, Sekolah Uma Gorottai mempunyai lima murid. Kini tersisa empat murid yang keseluruhannya berasal dari Kampung Gorottai.
Theresia Ratna (10) dan Antonius (10) duduk di Kelas 4. Adik Ratna, Klara Marsalina (8), duduk di Kelas 2. Sementara, Paulus (7) masih Kelas 1.
Tak ada raut keletihan dari keempat anak itu saat tiba di sekolah meski baru saja berjalan kaki dari tempat tinggal mereka, Kampung Gorottai, sejauh lebih 2 km.
Padahal, medan atau jalan yang dilalui dari tempat tinggal mereka sampai sekolah terbilang sulit, seperti dijalani awak Tribun.
Setidaknya mereka harus melewati satu sungai, dua kali dan jalan berlumpur di tengah hutan sebelum sampai ke sekolah.
Keempat anak itu ditemani seorang guru, Leperia (32) dan warga, Tarianus (44), berangkat dari Kampung Gorottai sekira pukul 07.00 WIB atau satu jam sebelum jadwal masuk sekolah.